Edukasi Harmoni Manusia dan Gajah Sumatra di Padang Sugihan Lewat Komik Strip

Gajah Sumatra di Padang Sugihan, OKI, Sumsel. (ist/belantarafoundation)

PALEMBANG, WongKito.co - Belantara Foundation kembali melakukan edukasi menarik mengenai perlindungan gajah sumatra dari ruang konflik dengan manusia. Kali ini edukasi harmonisasi gajah dan manusia disajikan melalui komik strip di instagram mulai dari Januari hingga Maret 2023 mendatang.

Kampanye digital ini berkolaborasi dengan komikus lingkungan ternama di Indonesia yaitu, Fabianus Bayu serta Iqbal Hariadi dan Muhammad Akmal. Di Instagram, Fabianus Bayu dikenal dengan akun @shirohyde dengan jumlah followers sebanyak 29,9K. Sedangkan Iqbal Hariadi dan Muhammad Akmal dikenal dengan akun @biologeek dengan jumlah followers sebanyak 17,6K.

Tujuan utama dari kegiatan ini yaitu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai keberadaan gajah sumatra dan peran penting mereka bagi keseimbangan ekosistem khususnya di Lanskap Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.

Lanskap tersebut merupakan salah satu dari sedikit kantong populasi gajah yang memiliki peluang hidup jangka panjang. Populasi gajah menjadi indikator lingkungan yang penting dalam pengelolaan kawasan hutan. Di beberapa kawasan hutan, gajah berperan penting sebagai penyebar biji tumbuhan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan, edukasi dan kampanye digital ini menguatkan program Living in Harmony: Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah. Program tersebut telah Belantara lakukan sebelumnya bersama Lembaga Swadaya Masyarakat lokal, Forest Wildlife Society, dan Rumah Sriksetra.

Baca Juga:

Program konservasi yang mencoba mewujudkan harmonisasi dan koeksistensi kehidupan gajah dan manusia di Lanskap Padang Sugihan ini juga didukung oleh APP Sinar Mas dan Keidanren Nature Conservation Fund (KNCF).

“Belantara juga memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai mitigasi konflik gajah dan manusia,” ujar Dolly dalam keterangannya, Senin (01/02/23) malam.

Pada edukasi dan kampanye digital di tahun 2022, tercatat 2 influencers, 54 komunitas penggiat lingkungan, dan 3 universitas turut mendukung Belantara. Belantara Foundation membuat dan menyebarluaskan 14 konten kampanye digital di Instagram. Empat di antaranya dibuat oleh Fabianus Bayu tentang mitigasi konflik gajah dan manusia.

Total jangkauan pengunjung untuk 14 postingan di Instagram sebanyak 65.333 viewers. Jangkauan tersebut mengacu pada jumlah akun yang melihat konten kampanye digital di Instagram. Total tayangan atau berapa kali konten kampanye digital ditampilkan, baik diklik maupun tidak, mencapai 85.198 kali.

Fabianus Bayu mengatakan, kegiatan kolaborasi antara bidang konservasi alam dan bidang kreatif seperti ini ke depannya semakin banyak diperlukan. Mengingat tantangannya adalah disinformasi dan tren yang bertentangan dengan konservasi alam juga dilakukan oleh kreator konten melalui media sosial.

“Semoga bisa memicu kreator lain untuk membuat versi terbaiknya lewat media dan style masing-masing,” kata Fabianus.

Sementara itu, pendiri Biologeek, Iqbal Hariadi mengatakan, banyak sekali generasi muda yang peduli akan pentingnya konservasi alam dan lingkungan serta satwa kunci seperti gajah sumatra, hanya saja sebagian besar belum ikut berpartisipasi.

Edukasi dan kampanye kali ini didukung oleh 6 influencers, 66 komunitas penggiat lingkungan, 3 media online berbasis lingkungan, yaitu greeners.co, trubus dan klik hijau serta 4 Universitas, yaitu Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Fakultas Biologi Universitas Nasional dan Pendidikan Biologi FKIP Uhamka Jakarta.

Kantong Sugihan-Simpang Heran

Gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis), salah satu sub-spesies gajah asia yang masih bertahan di Pulau Sumatra. Dari masa purba (megalitikum) hingga hari ini, gajah memiliki hubungan istimewa dengan manusia di Pulau Sumatra. Masyarakat yang hidup berdekatan atau di sekitar habitat gajah, menghormati mamalia darat terbesar di Sumatra ini dengan menyebutnya “datuk”.

Pada saat ini, gajah sumatra semakin terancam, baik oleh perburuan (gading), dibunuh karena dianggap hama perkebunan dan pertanian, hingga hilang dan menurunnya kualitas habitat.

Populasi gajah sumatra  di alam saat ini tidak mencapai 2.000 individu. Mereka hidup dalam sejumlah kantong pada wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah (pesisir), mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, dan Bengkulu.

Salah satu kantong gajah di Sumatra Selatan berada di Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni kantong Sugihan-Simpang Heran. Koridornya melalui kawasan konsesi PT. KEN [Kerawang Ekawana Nugraha], PT. SBA [Sebangun Bumi Andalas], PT. BAP [Bumi Andalas Permai], hingga PT. BMH [Bumi Mekar Hijau].

Tercatat sedikitnya 48 individu gajah liar hidup di kantong Sugihan-Simpang Heran, yang terbagi bagi dalam empat kelompok (keluarga).

Kantong gajah Sugihan-Simpang Heran bagian dari Lanskap Padang Sugihan, yang terdiri empat kantong gajah liar yakni kantong Cengal, Penyambungan, Sebokor, dan Sugihan-Simpang Heran. Luasnya mencapai 232.338,71 hektar. Sekitar 127 individu gajah liar yang hidup di Lanskap Padang Sugihan.

Kantong gajah Sugihan-Simpang Heran sangat penting bagi masa depan gajah sumatra. Sebab sejak proyek transmigran yang pemerintah lakukan di Air Sugihan pada 1982, sering kali terjadi konflik manusia dengan gajah. Hingga manusia dan gajah mengalami kerugian atau menjadi korban. (*)

Editor: Redaksi Wongkito

Related Stories