Euro Anjlok Sampai Nyaris Setara Dolar AS, Terendah dalam 20 Tahun

Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup signifikan pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 195 poin atau 1,33 persen ke level Rp14.415 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,039 poin atau 0,04 persen ke level 97,869 pada pukul 14.53 WIB. New Normal yang akan diberlakukan secara bertahap dianggap menjadi sentimen positif terhadap pergerakan pasar saat ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(TrenAsia/Ismail Pohan)

JAKARTA - Nilai tukar Euro terhadap dolar Amerika Serikat (AS) anjlok ke level terendah dalam kurun waktu 20 tahun terakhir pada akhir perdagangan Senin, 11 Juli 2022, waktu setempat. 

Anjloknya Euro dan terdongkraknya nilai dolar AS membuat kedua mata uang ini nyaris memiliki nilai yang setara.

Euro merosot ke level US$1,004 per Euro atau anjlok sekitar 12% sejak awal 2022 seiring dengan kekhawatiran resesi di benua Eropa yang terus meningkat karena dipicu oleh tingginya inflasi dan ketidakpastian pasokan energi karena konflik Rusia-Ukraina.

Dikutip dari Reuters, pipa tunggal terbesar bernama Nord Stream 1 yang berfungsi untuk membawa gas dari Rusia ke Jerman, memulai masa pemeliharaan tahunan pada Senin, 11 Juli 2022, dan aliran energi diperkirakan akan berhenti selama 10 hari.

Baca Juga :

Pemberhentian aliran pasokan energi melalui pipa tersebut pun diprediksi akan diperpanjang karena konflik geopolitik yang sedang berlangsung. Bahkan, dikabarkan pula bahwa para pemangku kepentingan di Jerman merasa khawatir pipa itu tidak akan digunakan lagi.

Pekan lalu, Jerman sendiri mencatat defisit di perdagangan komoditasnya untuk pertama kalinya sejak tahun 1991 karena kekacauan rantai pasokan yang mendorong harga impor.

"Kekhawatiran paling dekat untuk pasar adalah Nord Stream 1 akan kembali beroperasi atau tidak," ujar Bipan Rai, kepala strategi valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets di Toronto, Kanada, dikutip Senin, 11 Juli 2022.

Krisis pasokan energi yang datang beriringan dengan inflasi yang tinggi pun mendorong potensi kenaikan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral Eropa.

European Central Bank pun sudah mengumumkan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga di bulan ini untuk pertama kalinya sejak 2011 karena tingkat inflasi zona Euro sudah menginjak level 8,6%.

Sementara Euro anjlok karena faktor-faktor yang disebutkan di atas, dolar AS semakin menguat karena adanya sentimen dari The Federal Reserve (The Fed) yang terus menaikkan suku bunga dalam rangka merespon inflasi.

"The Fed akan menaikkan suku bunga lebih agresif daripada kebanyakan bank sentral negara maju lainnya," kata Rai.

Untuk pertemuan bulan Juli 2022, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, dan hal itu pun mendorong para investor untuk memilih dolar AS sebagai safe haven sehingga nilainya terus menguat seiring dengan Euro yang anjlok.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 12 Jul 2022 

Bagikan

Related Stories