Ekonomi dan UMKM
Fluktuasi Harga Bahan Pangan di Pasar Tradisional Palembang, MBG Disebut jadi Pemicu
PALEMBANG, WongKito.co – Fluktuasi harga bahan pangan di pasar tradisional Kota Palembang kini terus menjadi perhatian masyarakat.
Selain dipengaruhi pasokan dan permintaan, pedagang menilai isu kebijakan nasional, yaitu program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi pemicu kenaikan harga beragam komoditas.
Salah seorang pedagang ayam, di Pasar Padang Selasa, Evi mengatakan harga ayam potong kini bertahan mahal Rp35 ribu per kilogram. Sebelumnya, harga sempat mencapai Rp40 ribu per kilogram.
"Sedangkan harga normal ayam potong sebelumnya berkisar Rp27 ribu per kilogram," kata dia, Kamis (6/11/2025).
Baca Juga:
- Bisa Kontrol Algoritma Sendiri, Begini Fitur Baru Instagram Your Algorithm
- Inflasi Sumsel Oktober 2025 Meningkat, Sinergi Pengendalian Inflasi Terus Diperkuat
- BRI Buktikan Transformasi Digital, Qlola Raih Anugerah Inovasi Indonesia 2025
Sementara pedagang lainnya menyebutkan harga telur turun dari Rp30.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram.
Pedagang mengungkapkan fluktuasi harga bahan pangan terjadi sejak dijalankannya program MBG.
Harga Cabai Naik, Lele Bertahan
Berbeda dengan komoditas lainnya, cabai merah jutru mengalami lonjakkan harga dari harga Rp50.000 per kilogram menjadi Rp70.000 perkilo.
Selain itu bawang merah mengalami penurunan dari harga Rp60.000/kg menjadi Rp50.000 per kilogram yang dinilai pedagang sebagai dampak mulai membaiknya pasokan dari daerah produsen.
Sementara itu ikan lele masih stabil dan tidak mengalami perubahan harga. “Ikan lele tetap, tidak naik dan tidak turun, masih dengan harga Rp30.000,- per kilonya.” kata isak pedagang ikan.
Baca Juga:
- Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Program MBG dan Hak Atas Pangan Perempuan Jadi Sorotan
- Pegadaian Dorong Generasi Muda Melek Investasi Emas
- Perambahan Masif Ancam Populasi Gajah di Bentang Seblat, Hutan Alam Hilang 2000 Ha
Ekonomi lokal menilai wacana perubahan kebijakan seperti program MBG dapat mempengaruhi perilaku pasar terutama untuk komoditas yang sebelumnya dirproyeksikan menjadi kebutuhan utama program, seperti telur dan ayam.
Saat rencana program berubah, permintaan ikut bergeser dan harga pun terkoreksi, kata dia.(Mg/Revalina)

