GayaKito
Hari Kesehatan Mental Sedunia: Kelola Kesehatan Mental di Tempat Kerja dengan Mindfulness
PALEMBANG, WongKito.co - Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day (WMHD) untuk meningkatkan kesadaran global dan mendukung mereka yang masih berjuang sehat.
Peringatannya tahun ini mengusung tema Saatnya Memprioritaskan Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja.
Pemilihan tema ini didasarkan pada pentingnya keterkaitan antara pekerjaan dan kesehatan mental seseorang. Data WHO menyebutkan, 15% usia produktif mengalami gangguan mental pada tahun 2019. Tercatat bahwa pekerjaan layak dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental.
Lalu, bagaimana mengelola kesehatan mental di tempat kerja?
Praktisi Mindfulnes dari Palembang, Lely Mela Sari atau biasa disapa Ayi membenarkan, ada kaitan antara tingkat stres dengan tempat kerja. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa dirinya sedang stres dengan kondisinya di kantor.
Baca Juga:
- Rayakan 3 Tahun di Indonesia, barenbliss Persembahkan Trilogy of Beauty dan Luncurkan Bloomatte Perfect Zoom Cover Cushion di Toko Wabisabi Palembang
- Hoaks! Kapal Karam di Sulawesi Selatan Tewaskan 23 Orang, ini Faktanya
- Memiskinkan Bandar Narkoba Jaringan Internasional, Aset Rp 64 Miliar TPPU Disita
Pemicu stres di tempat kerja umumnya dari volume pekerjaan yang berlebihan, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ataupun rekan-rekan kerja yang bersinggungan setiap hari. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat tentu menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan mental.
“Awareness kesehatan mental instansi atau perkantoran di Palembang saya akui sudah lebih baik. Misalnya, di kantor Dinas PUCK sudah menjalankan program How to Deal With Mental Health untuk pegawai barunya. Awareness itu sudah terbangun,” ulas Ayi dibincangi, Kamis (10/10/2024).
Selain lingkungan kerja yang sehat, seseorang juga dapat menjaga kesehatan mental ketika tidak mengalami tekanan yang parah. Menurut Ayi, ketika menemukan banyak hal di luar kontrol diri di tempat kerja yang berisiko pada kesehatan mental, ada baiknya cari cara menyelesaikannya.
Salah satu caranya adalah dengan mindfulness. Ia menjelaskan, mindfulness merupakan cara hidup berkesadaran yang tujuannya membuat seseorang lebih fokus dan memusatkan perhatian terhadap situasi saat ini, menerimanya serta tidak menghakimi.
“Ketika menerima beban kerja berlebih, kita fokus saja dengan tanggung jawab kerja dari pukul 08.00 -17.00 WIB. Ketika sudah merasa burnout lakukan jeda 1 jam sekali, bisa tarif nafas panjang, coba ke luar ruangan, sedikit berjalaln dan relaksasi,” katanya.
Baca Juga:
- Bergambar Rumah Limas, BI Sumsel Gelar Memorabilia Uang Rupiah Pecahan 10.000 Tahun Emisi 2005
- Karyawan XL Axiata Gelar Donor Darah di 5 Kota Sumatera, HUT XL Axiata Ke-28
- Imbau Warga Beli Sesuai Peruntukan, Pertamina Patra Niaga Sumbagsel Jamin Pasokan LPG Bersubsidi di Pagar Alam
Dia meyakinkan, mindfulness dapat membantu seseorang untuk lebih sadar akan keadaan serta mampu menerima emosi secara terbuka. Hanya saja, hindari menunda pekerjaan karena menumpuk pekerjaan justru membuat stres dan meningkatkan risiko kesehatan mental.
Setelah pulang kerja, mindfulness bisa dilanjutkan di rumah. Menurut Ayi, seseorang sangat perlu memisahkan antara pekerjaan dengan rumah. Ketika sudah di rumah, pikiran dan kerja-kerja kantor sebaiknya tidak ada lagi, fokus saja dengan suasana rumah dan keluarga.
“Sebaiknya tidak memikirkan satu hal terus menerus. Nikmati suasana di rumah, lakukan journaling, berolahraga, dan melakukan kegiatan seni seperti melukis. Itulah mindfulness sebagai seni berkehidupan,” sarannya. (yulia savitri)