Ragam
Hari Tani Nasional: Sedekah Petani di Lingkar Tambang Batu Bara
LAHAT, SUMSEL, WongKito.co - Setiap 24 September diperingati Hari Tani Nasional, dimana pada 64 tahun lalu, Pemerintahan Orde Lama menerbitkan Undang-Undang Pokok Agraria pada Tahun 1960.
Kini setiap 24 September berbagai elemen masyarakat sipil memeringati Hari Tani Nasional dengan berbagai kegiatan, terutama unjukrasa dan diskusi terkait dengan nasib betani yang hinggi belum merdeka dari ketertindasan.
Dari kawasan Merapi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan petani yang kini tidak lagi bisa leluasa bercocok tanam dengan hasil optimal karena area pertanian sudah dikeliling aktivitas penambangan batu bara dan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara merayakan Hari Tani Nasional dengan menyelengarakan Sedekah Petani di Lingkar Tambang.
Baca Juga:
- Deliveree beri Perlindungan Asuransi Universal untuk Semua Pemesanan
- PLN Resmikan Jaringan Listrik di Desa Sindang Laya dan Desa Mukti Karya
- Program Talenta USAID Dorong Mahasiswa FISIP Unsri Makin Mahir Digitalisasi
Ketua Kelompok Tani Sugeh Mukti, Hermanudin mengungkapkan dahulu secara rutin petani melakukan sedekah tani yang merupakan salah satu kearifan lokal bentuk terimakasih kepada sang pencipta, saat sebelum tanam dan setelah musim panen usai.
"Namun, kini sedekah jarang kami lakukan karena memang lahan kebun atau sawah mulai banyak beralih menjadi areal pertambangan," kata dia, Rabu (25/9/2024).
Di tengah eksploitasi batu bara besar-besaran kini produksi komoditas yang ditanam pun mengalami penurunan.
Ia bercerita sebelum eksploitasi batu bara di wilayah tersebut setiap petani mampu memanen setidaknya 30 karung padi, kedelai atau jagung dalam 1 hektare.
"Saat ini, dapat 15 karung pun sudang sangat jarang, karena memang lahan sudah tidak produktif lagi," ujar dia.
Baca Juga:
- Dampak Buruk Mengintai Akibat Ekspor Pasir Laut, Simak Yuk dari Kerusakan Hutan Mangrove sampai dengan Nelayan Kehilangan Mata Pencaharian
- Tergugat Kembali tidak Hadiri Sidang Gugatan Asap Karhutla Sumsel Oleh Petani, Nelayan, Ibu Rumah Tangga dan Peternak
- Kerap Kali dapat Stigma, YIM-Dhompet Duafa Latih Komunitas Pemulasaran Jenazah
Kondisi saat ini ia menambahkan, produktifitas pertanian menurun juga dampak dari perubahan iklim yang ekstrem.
Sedangkan penyebab utamanya tentu aktivitas penambanga batu bara dan operasional PLTU.
Ia mencontohkan bagaimana padi atau jagung tumbuh normal, jika setiap hari diserang debu-debu dari PLTU.
Karena itu, penting sekali agar pemerintah membuat kebijakan yang berpihak kepada petani atau masyarakat.(*)