CekFakta
Hoax Varian Baru COVID-19 Berasal dari Vaksin
PALEMBANG, WongKito.co - Akhir-akhir ini beredar kembali sebuah video yang menampilkan seseorang ahli virologi dan pemenang Nobel Prize dari Prancis, Luc Montagnier, yang menyatakan bahwa vaksinasi dapat menyebabkan varian baru virus Corona.
Setelah ditelusuri, ditemukan klaim senada yang pernah diklarifikasi oleh turnbackhoax.id pada 16 Juni 2021 dengan judul “[SALAH] Vaksinasi Sebabkan Varian Baru COVID-19”.
Mengutip cekfakta.com, artikel tersebut menuliskan bahwa informasi tersebut palsu, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan vaksinasi dapat menyebabkan varian baru COVID-19.
Para ahli berpendapat, varian baru COVID-19 disebabkan karena penyebaran infeksi COVID-19 yang masif. World Health Organization (WHO) menjelaskan, vaksinasi tidak dapat menyebabkan virus Corona asli bermutasi menjadi varian baru.
Hal yang menyebabkan virus Corona bermutasi adalah karena virus menyebar secara luas dalam populasi yang besar, serta menginfeksi banyak orang.
Baca Juga:
- Resep Udang Goreng Mentega, Bikin Lupa Diet
- Keren! Mahasiswa UGM buat YOGER Yoghurt berbahan genjer
- Indonesia Banding Gugatan Nikel WTO, Bagaimana Peluang Menangnya?
Dilansir dari Reuters, Dr. Robert Bollinger, seorang spesialis penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins menjelaskan kepada Reuters melalui email bahwa, orang-orang yang tidak divaksinasi lebih rentan terinfeksi virus, dan dari orang terinfeksi tersebut akan menyebarkan lagi ke orang-orang yang tidak divaksin.
Penyebaran dalam tingkat tinggi itulah yang kemudian menciptakan mutasi baru virus Corona hingga menjadi varian baru.
Lebih dari 99,9% dari semua varian virus Corona berasal dari dan menyebar ke orang yang tidak divaksin. Berdasarkan penjelasan di atas klaim tentang varian baru Covid-19 muncul dari vaksin Covid-19 adalah salah dan termasuk dalam kategori konten yang menyesatkan.
Hasil periksa fakta Riza Dwi (Anggota Tim Kalimasada) Hoaks lama beredar kembali. Para ahli berpendapat, varian baru COVID-19 disebabkan karena penyebaran infeksi COVID-19 yang masif.(*)