Ekonomi dan UMKM
IATA Bakal Miliki Aset Batu Bara US$181,9 Juta, Pasca Akuisisi Bhakti Coal Resources
JAKARTA, WongKito.co, – PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dengan PT MNC Investama Tbk (BHIT) untuk mengakuisisi 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Bhakti Coal Resources adalah perusahaan induk dari sembilan perusahaan batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Seperti dikutip dari laman Facebook resmi Hary Tanoesoedibjo selaku Executive Chairman MNC Group pada Kamis, 2 Desember 2021, PPJB tersebut telah ditandatangani pada Rabu, 1 Desember 2021.
- Optimalkan "Muba Vocational Centre" untuk Serap Tenaga Kerja Lokal
- Baznas OKI Menang Kategori Pertumbuhan Pengumpulan terbaik 2021
- Dukung Ekonomi UMKM Bangkit, Google Kucurkan Kredit Modal Rp147 Miliar
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), IATA dan BHIT menyepakati harga transaksi pembelian 99,33% saham BCR tersebut sebesar US$140 juta.
“IATA akan membiayai akuisisi tersebut melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan seluruh proses transaksi akan selesai pada semester 1 tahun 2022,” tulis manajemen.
BCR memiliki sembilan IUP batu bara, dua di antara sudah dalam tahap produksi yaitu PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), dengan perkiraan produksi sebesar 2,5 juta metrik ton tahun ini.
“Valuasi gabungan 100% PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan 53,84% PT Putra Muba Coal (PMC) dari KJPP Kusnanto & Rekan adalah US$181,9 juta,” ungkap manajemen.
Sedangkan, dua IUP lainnya yakni PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) akan mulai memproduksi batu bara pada 2022.
Selanjutnya, lima IUP lainnya yaitu PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO), diperkirakan mulai beroperasi dalam satu atau dua tahun mendatang.
Adapun total luas area pertambangan untuk sembilan IUP tersebut adalah 74.004 hektare (ha).
Hingga akhir tahun 2021, pendapatan BCR diperkirakan mencapai US$74,8 juta dengan EBITDA US$33 juta. BCR akan meningkatkan produksinya menjadi 8 juta metrik ton pada 2022 dan 12 juta metrik ton pada 2023.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Merina pada 02 Dec 2021