Industri Jurnalisme Harus Memanfaatkan AI

Industri Jurnalisme Harus Memanfaatkan AI (Ist)

Jakarta, Wongkito.co – Perusahaan Pers hendaknya memanfaatkan perkembangan teknologi Artificial Intellegence (AI) dalam menciptakan produk jurnalistik.

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Kominfo (Wamenkominfo) Nezar Patria dalam acara Indonesia Digital Conference Artificial Intelligence untuk Transformasi Industri Tantangan Etik, Inovasi, Produktivitas, dan Daya Saing di Berbagai Sektor di Bandung. 

“Ke depan industri jurnalisme harus berani terbuka dan mengadopsi teknologi AI. Tidak hanya mampu meningkatkan efisiensi pelaku industri namun meningkatkan nilai rekan-rekan jurnalisme dan media," ungkapnya dilansir TrenAsia jaringan media Wongkito.co. Rabu, 23 Agustus 2023.

Baca juga

Nezar Patria yang juga telah lama berkecimpung di dunia pers itu mengatakan, ke depannya, industri jurnalisme harus berani berkolabarosi dengan empat rantai nilai AI, yakni untuk pembuatan konten, agregasi konten, distribusi konten, dan pemanfaatan konten. 

Wamenkominfo meyakini industri jurnalisme dan media siber dapat tumbuh kembang beriringan dengan teknologi termasuk AI. Akan tetapi,  sampai saat ini dampak pemanfaatan konten dengan kecerdasan buatan untuk produk jurnalistik masih terbilang minim. 

"Khusus pada kegiatan jurnalisme, dalam beberapa tahun ke depan publik akan menikmati karya media hasil dari AI atau campuran AI," harapnya.

Hal itu dibeberkan Nezar Patria setelah mengutip data dari Reuters Institute for the Study of Journalism 2023. Dalam riset itu disebutkan jika implementasi AI dalam kegiatan terkait jurnalisme masih berupa pencarian rekomendasi dan belum menjadi bagian besar dalam pengambilan keputusan.

"Padahal AI memungkinan pengenalan gambar untuk penandaan otomatis, penyusunan ringkasan dan personalisasi konten untuk meningkatkan interaksi pengguna," bebernya.

Wacana Regulasi AI di Inggris

Melansir pemberitaan The Guardian yang terbit Rabu, 31 Mei 2023, hampir 60 persen para pekerja di Inggris setuju pemanfaatan AI dalam pekerjaan. Bahkan, mereka menuntut pemerintah untuk segera membuat regulasi khususnya penggunaan ChatGPT. 

Keputusan itu digunakan untuk membantu penyelesaian pekerjaan yang begitu tinggi. Pasalnya dengan pemanfaatan AI yang tepat sasaran dapat menyelesaikan target pekerjaan termasuk masalah soal perekrutan dan pemecatan karyawan.

Hal itu berbanding terbalik dengan tokoh-tokoh teknologi terkemuka di dunia seperti Elon Musk. Bos Tesla itu pernah mengatakan, jika AI sangat berbahaya dan bakal mengancam keberlangsungan hidup manusia. 

Kendati begitu, perusahaan analis Goldman Sachs, kecerdasaan buatan hanya dapat menggantikan 300 jenis pekerjaan secara global. Menurutnya, pekerjaan tentang administrasi yang paling berisiko digantikan oleh AI kemudian diikuti bidang hukum, arsitektur, dan teknik.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 23 Aug 2023 

Editor: admin
Bagikan

Related Stories