Ekonomi dan UMKM
Inflasi Mesir Naik Sebesar 1,7 Persen
KAIRO, Wongkito.co - Inflasi Mesir dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 1,7 persen atau sekitar 40,3 persen dari yang sebelumnya 38,6 persen pada april lalu.
Kenaikan ini terjadi adanya serangkaian devaluasi mata uang. kekurangan mata uang asing yang berkepanjangan, dan berlanjutnya penundaan impor ke negara tersebut, Senin 12 Mei 202.
Perlu diketahui, Mesir dilaporkan melakukan devaluasi mata uangnya hingga setengahnya sejak Maret 2022. Ini dilakukan sebagai dampak dari invasi Rusia ke Ukraina mengungkap kerentanan ekonominya.
Pada Desember, IMF menyetujui pinjaman Extended Fund Facility senilai US$3 miliar atau Rp44 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) untuk Mesir. Pinjaman tersebut rencananya akan dicairkan selama 46 bulan.
Dalam kesepakatan Desember dengan IMF, Mesir juga berjanji akan menjual aset negara senilai miliaran dolar selama empat tahun ke depan.
Sayangnya, tidak membuat berdampak besar sejak penandatanganan meskipun bank sentral telah menaikkan suku bunga semalam sebesar 500 basis poin.
Baca juga
- Awas Penipuan Asmara Online
- Prakiraan Cuaca Palembang Senin, 12 Mei Cerah Berawan Sepanjang Hari
- Langgar Ketentuan Investasi, Kresna Asset Diwajibkan OJK Bayar Segini
Pencairan tunduk pada delapan tinjauan, yang pertama bertanggal 15 Maret 2023, dalam laporan staf IMF yang diterbitkan pada bulan Desember.
Sebagai informasi, Angka-angka inflasi dari bank sentral Mesir muncul setelah data dari badan statistik CAPMAS menunjukkan bahwa tingkat inflasi tahunan konsumen perkotaan Mesir pada bulan Mei meningkat menjadi 32,7% dari 30,6% pada bulan April. Angka tersebut mendekati rekor sepanjang masa dan lebih tinggi dari perkiraan analis.
Secara bulanan, inflasi perkotaan meningkat menjadi 2,7% dari 1,7% di bulan April.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 12 Jun 2023