KabarKito
Inilah Fakta Ilmiah Terkini Tentang Varian Omicron
JAKARTA - Penyebaran virus COVID-19 saat ini terus mengalami lonjakan, sesuai prediksi Kementerian Kesehatan Februari menjadi puncak dari paparan varian omicron, dimana per 5 Februari tercatat sebanyak 163.468 kasus aktif, 33.729 kasus konfirmasi, 17.148 kasus yang menjalami perawatan di rumah sakit dan 916 kasus di ICU.
Seiring dengan terus terjadinya kenaikan kasus COVID-19, dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid selaku juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan seperti yang dilansir pada laman Sehat Negeriku menyampaikan bahwa memang benar terjadi kenaikan positivity rate dalam seminggu terakhir.
“Positivity rate mingguan kita ada kenaikan sebesar 3,65%. Hal ini selain seiring dengan kenaikan kasus konfirmasi, tapi juga sejalan dengan ditingkatkannya angka testing dan tracing,” ujar dr. Nadia seperti yang dilansir dari laman Sehat Negeriku pada 4 Februari 2022.
Menurut dr. Nadia, peningkatan kuota testing dan tracing ini merupakan bentuk dari upaya deteksi dini dalam mencegah perluasan penularan serta mencegah munculnya klaster penyebaran yang baru. Selain itu, kebijakan ini juga merupakan usaha untuk mendeteksi lebih awal gejala COVID-19 yang diderita oleh setiap individu.
Baca Juga:
- Makin Mudah, Gunakan KAI Access untuk Pesan Tiket Bus DAMRI
- Hindari 6 Cara ini, Agar Sukses Bisnis di Instagram
- Produk Anyaman Lidi jadi Oleh-Oleh Berkunjung ke Rumah Baba Boentjit
Hal ini juga penting untuk mencegah terjadinya keterlambatan penanganan kasus mengingat varian Omicron yang memiliki persebaran lebih cepat namun cenderung tidak bergejala.
Anda juga perlu mengetahui beberapa fakta ilmiah terkini mengenai varian terbaru COVID-19, Omicron seperti berikut ini.
Fakta Ilmiah Terkini Terkait Varian Omicron
- Omicron menyebabkan kenaikan kasus yang lebih tinggi dibandingkan varian Delta karena lebih mudah menular.
- Masa inkubasi atau munculnya gejala sejak pertama kali terpapar virus cenderung lebih cepat daripada varian lain.
- Gejala pada varian Omicron tidak spesifik, namun disinyalir lebih ringan.
- Angka rawat inap di rumah sakit lebih rendah daripada varian Delta.
- Dapat menular pada orang yang sudah pernah terinfeksi sebelumnya.
- Masih dapat terdeteksi dengan RT-PCR maupun rapid antigen.
- Vaksin masih banyak berperan dalam mencegah keparahan gejala dan kematian, namun berkurang efektivitasnya.
- Obat yang dipakai untuk varian sebelumnya masih efektif digunakan untuk Omicron.
Dengan berbagai fakta baru ini, maka sebaiknya masyarakat tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan dan segerakan vaksinasi tetap jadi upaya utama untuk menghentikan penyebaran Omicron.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Justina Nur Landhiani pada 06 Feb 2022