Jaker Kembali Gelar Budaya Sesama, Membaca 100 Puisi Widji Thukul

Jaker Kembali Gelar Budaya Sesama, Membaca 100 Puisi Widji Thukul (ist)

JAKARTA, WongKito.co - Sekretaris Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker) Sonny Laurentius mengatakan Jaker kembali mengelar Budaya Sesama, membaca 100 puisi Widji Thukul di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki berlangsung dari pagi hingga malam, Minggu (17/9/2023).

Ia menjelaskan Budaya Sesama adalah salah satu upaya dari Jakeruntuk kembali memperkenalkan dan mengembalikan kebudayaan kembali kepada akarnya, yaitu desa-desa, kampung-kampung, pabrik, sawah dan berbagai lingkungan masyarakat awal melalui sejarah dan karya-karya kebudayaan seperti lagu, tari, pertunjukkan, seni beladiri, makanan, kearifan lokal dan lain-lain.

Kebudayaan mau dikembalikan pada setiap memori kolektif masyarakat dalam setiap tutur dan tingkah laku yang berkembang pada masyarakat dengan nilai-nilai serta norma-norma sekaligus menghargai setiap Ciptaaan dan Karya Sang Pemilik Kehidupan dan menempatkan manusia yang memandang kesetaraan kepada manusia yang lain, kata dia.

Sonny menambahkan momentum Hari Lahir Ketua Umum Jaringan Kerja Budaya Rakyat Bung Widji Thukul, seorang seniman, budayawan, organiser masyarakat tetapi yang harus diingat betul Bung Widji Thukul juga adalah manusia politik.

Baca Juga:

Hal itu, dibuktikan dengan mengabdikan diri dan ikut serta dalam Pembentukan Persatuan Demokratik yang berubah menjadi Partai Rakyat Demokratik, tambah dia.

Dalam Budaya Sesama adalah ide yang mencoba diwujudkan dari semangat dan perjuangan Widji Thukul saat mengabdikan berjuang membela kaum miskin, tersisih dan terpinggirkan atas dasar Cinta Persatuan Kemanusiaan dan Keadilan Sosial. Dan inilah Api Widji Thukul yang ada.

Api membara dari Widji Thukul dapat dilihat dari setiap kata-kata yang dituangkan dalam bentuk puisi. Keresehan, kemarahan, kesepian, rasa geram, itu terbalut dengan sisi romantis dan kepeduliaan dalam melihat setiap problematika masyarakat. Kata-kata puisinya membius setiap insan dan tidak lekang dimakan waktu. Inilah Semangat dari Budaya Sesama.

Karena itulah, Sonnya mengatakan membaca 100 karya puisi Widji Thukul oleh 100 orang dengan berbagai macam latar belakang adalah salah satu bentuk kami dari Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat untuk merawat dan terus mempertahankan Api Semangat Widji Thukul.

Lalu mengenalkan seseorang lewat karya-karyanya adalah bagaimana memotret kesederhanaan seorang Widji Thukul dalam kesehariaannya.

Baca Juga:

Ajang tersebut juga akan mendengarkan sisi lain Widji Thukul yang akan diwakili oleh adiknya, Wahyu Susilo dan akan melibatkan kawan-kawan yang pernah terlibat dan bersama-sama dengan Widji Thukul dalam Perjuangan menumbangkan rejim otoriter orde baru, yaitu Bung Agus Jabo Priyono dan Bung Revritoyoso Husodo.

Api Semangat Widji Thukul: Cinta Kemanusiaan Persatuan dan Keadilan Sosial adalah bentuk tertinggi dari Pengabdian Seorang Widji Thukul.

Seluruh karya-karyanya bercerita tentang hal itu. Keadilan Sosial adalah ketika masyarakat secara ekonomi dan politik sudah terbebas dari segala bentuk Penjajahan.

Dengan nilai dan semangat gotong royong yang telah mengakar dalam budaya rakyat itulah, kita dapat menyusun kebudayaan nasional yang tangguh dan bermartabat sekaligus terus-menerus memperkuat kedaulatan nasional dan membangun perekonomian nasional yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Puisi – Puisi Widji Thukul kemudian hadir lagi untuk itu.. Ini Cita-Cita Besar...Inilah Masyarakat Adil dan Makmur.

Dengan Acara ini berharap dapat membangun jaring-jaring kebudayaan mulai dari tingkat bawah, memperkenalkan kebudayaan sebagai salah bentuk kekuatan tertinggi dalam pembentukan karakter nasional dan membangun, menjaga dan mengobarkan terus Api Semangat Widji Thukul.(*)


Related Stories