KabarKito
Jejak Sang Ulama dari Madura: Kisah Puyang Raden Singa Mangla di Pinggir PLTU Keban Agung
LAHAT, WongKito.co - Di balik cerobong asap PLTU Keban Agung yang menjulang tinggi, tersembunyi sebuah kisah lama yang hampir terlupakan zaman. Di pinggir kompleks pembangkit listrik itu, tepatnya di Desa Kebur, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, terdapat area pemakaman tua yang menyimpan jejak perjuangan seorang penyebar Islam.
Makam itu adalah peristirahatan terakhir Puyang Raden Singa Mangla, seorang ulama yang mengembara jauh dari Madura, Jawa Timur, untuk menyebarkan cahaya Islam di Bumi Lahat. Bagi masyarakat Lahat, makam ini bukan sekadar pusara leluhur, tetapi simbol akar spiritual yang menghubungkan mereka dengan masa lalu.
"Dia asli Madura, datang ke sini mendirikan langgar tempat warga belajar mengaji," tutur Supri (75), warga Muara Maung yang masih mengingat cerita turun-temurun tentang sang puyang, Minggu (19/10/2025).
- Kalyanamitra Gugat Pernyataan Menteri Agama: Abaikan Fakta dan Menyakiti Korban Kasus Kekerasan Seksual di Pesantren
- Warna Sriwijaya Latih Waria, Tingkatkan Keterampilan Barbershop Bersama Atlas Barberschool
- Perkuat Skema Pendanaan Hutan Tropis yang Menjangkau Masyarakat Lokal
Supri bercerita, di langgar itulah Puyang Raden Singa Mangla mengajar mengaji dan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Langgar itu menjadi mercusuar ilmu di tengah rimba dan perbukitan Lahat. Pengikut-pengikut berdatangan, belajar membaca Al-Quran, memahami hukum Islam, dan menimba kebijaksanaan dari sang guru yang datang dari pulau seberang.
Jejak perjuangan Puyang Raden Singa Mangla tak berhenti di daerah itu. Murid-murid dan keturunannya menyebar ke berbagai penjuru, membawa estafet dakwah ke daerah-daerah lain seperti Puntang dan Senabing. Mereka adalah pecahan dari pohon besar yang ditanam sang puyang akar yang terus menyebar, membentuk jaringan keislaman di tanah Lahat.
Misteri Puyang Si Kebal Penakut
Pemakaman ini menyimpan lebih dari sekadar makam sang ulama. Di antara deretan nisan tua, terdapat sebuah makam tanpa nama yang justru menyimpan cerita unik. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai makam Puyang Si Kebal Penakut.
"Ada juga makam Puyang Si Kebal Penakut. Dianya kebal tapi penakut," ujar Supri menjelaskan kepada kami tentang cerita itu yang telah ia dengar dan yakini cerita itu dari puluhan tahun.

Cerita yang beredar dari mulut ke mulut menyebutkan bahwa sang puyang memiliki ilmu kebal yang membuat tubuhnya tak dapat terluka oleh senjata tajam. Namun, di balik kesaktian itu ia dikenal sebagai sosok yang penakut, sebuah ironi yang mengundang renungan. Menurut Supri, mungkin ini adalah pelajaran bahwa kekuatan fisik tidak selalu sejalan dengan keberanian hati.
Kini, makam Puyang Raden Singa Mangla dan para pengikutnya masih dirawat oleh masyarakat setempat. Meski zaman terus berubah dan modernitas merambah hingga ke pelosok dengan hadirnya PLTU Keban Agung, ingatan tentang sang ulama dari Madura tetap hidup dalam tutur kata generasi ke generasi.
- Kalyanamitra Gugat Pernyataan Menteri Agama: Abaikan Fakta dan Menyakiti Korban Kasus Kekerasan Seksual di Pesantren
- Warna Sriwijaya Latih Waria, Tingkatkan Keterampilan Barbershop Bersama Atlas Barberschool
- Perkuat Skema Pendanaan Hutan Tropis yang Menjangkau Masyarakat Lokal
Bagi warga setempat, makam ini bukan hanya monumen sejarah. Ia adalah pengingat akan perjuangan leluhur dalam menyebarkan Islam, tentang pengorbanan seorang pengembara yang meninggalkan kampung halaman demi menerangi jiwa-jiwa yang haus akan petunjuk.
Di tengah desing angin yang melewati nisan-nisan tua dan gemuruh mesin pembangkit listrik di kejauhan, kisah Puyang Singa Mangla tetap bergema. Mengingatkan kita bahwa cahaya ilmu dan iman yang ditanam ratusan tahun lalu, masih terus menerangi hingga hari ini. (MG/M Ridho Akbar/Jupio Dwi Prananda)