Jejaring JTE Sumsel Terbentuk, Membumikan Isu Transisi Energi

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) berinisiatif membentuk “Jejaring Jurnalis Transisi Energi (JTE) Sumatera Selatan". (Susila/WongKito.co)

PALEMBANG, WongKito.co, - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) berinisiatif membentuk “Jejaring Jurnalis Transisi Energi (JTE) Sumatera Selatan untuk membangun kesadaran publik tentang transisi energi melalui karya jurnalistik berkualitas.

Jurnalis yang tergabung dalam  Jejaring JTE Sumsel dapat membentuk opini publik mengenai transisi energi, mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam meliput isu-isu kompleks terkait energi terbarukan, serta mengidentifikasi dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program transisi energi secara efektif untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat, kata Ketua AJI Palembang, M. Fajar Wiko di Palembang, Selasa.

Menurut dia, sekarang ini bagi sebagian besar jurnalis pun, masih banyak istilah-istilah yang asing dalam isu transisi energi. Hal tersebut mempengaruhi konsen jurnalis terhadap isu energi tersebut.

Baca juga:

Sehubungan dengan hal itu, lanjutnya, AJI Palembang menginisiasi Jejaring JTE Sumsel untuk berbagi informasi terkait lingkungan, khususnya transisi energi dengan dukungan akademisi, NGO, dan pemerintah, sehingga porsi pemberitaan isu energi menjadi lebih sering diulas.

Sementara Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum mengungkapkan, transisi energi yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, memiliki kontekstualitas yang beragam di tingkat daerah atau subnasional.

Peralihan dari sistem energi fosil ke sistem energi terbarukan dan lebih berkelanjutan ditunjukkan dengan tren penghentian dan pensiun dini PLTU di seluruh dunia – begitu pula di Indonesia dalam rencana Just Energy Transition Partnership (JETP).

Hal ini akan berdampak langsung pada provinsi dan kabupaten penghasil batubara di Indonesia, terutama di sektor perekonomian dan pembangunan. Pemerintah subnasional perlu mengantisipasi tren ini jauh-jauh hari, termasuk untuk menggenjot sektor ekonomi alternatif dan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan. Media dapat memainkan peranannya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat untuk segera beralih ke energi yang minim emisi.

“Kajian IESR di beberapa daerah penghasil batubara menunjukkan bahwa meskipun pendapatan daerah bergantung pada ekonomi batubara, namun dampak pengganda ekonominya tidak langsung dinikmati oleh masyarakat sekitar dalam bentuk infrastruktur, peningkatan ekonomi, atau layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan," ujarnya.

Sedangkan Akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Dr Abdul Bashir menuturkan, peran media sangat penting dalam isu transisi energi, karena media adalah sumber informasi, komunikasi, dan edukasi. Media pun perlu memberi informasi dalam koridor yang akurat dan sesuai dengan fakta.

Kepala Bidang Energi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Selatan, Aryansyah mengatakan, provinsi tersebut memiliki potensi energi terbarukan sekitar 21.032 MW dengan kapasitas terpasang energi terbarukan sekitar 989,12 MW atau sekitar 4,70%.

“Ke depannya pemanfaatan energi bersih yang berbasis energi terbarukan di Sumatera Selatan dapat lebih berkembang ke seluruh lapisan masyarakat. Beberapa strategi yang kami lakukan untuk  mendorong pemanfaatan energi terbarukan, diantaranya penyediaan energi kebutuhan daerah dengan meningkatkan eksplorasi potensi energi baru terbarukan, pemanfaatan energi baru terbarukan seperti energi surya, air, panas bumi dan lainnya, serta melakukan konservasi dan diversifikasi energi,” katanya.

Editor: Nila Ertina
Bagikan

Related Stories