BucuKito
Kampung Anyaman: Produksi Piring dan Tampah Berbahan Nipah, Langganan Pelaku Usaha Kuliner
DI TENGAH permukiman padat di Kelurahan 3 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I. Tepatnya di Jalan Faqih Usman, Gang Prajurit Nangyu, terdapat kampung yang sebagian besar warganya menjadi perajin anyaman, mereka menganyam nipah menjadi berbagai benda bernilai ekonomis.
Salah seorang penganyam nipah, Mursilah (72) yang dijumpai di kediamannya saat duduk di beranda sambil memilah lidi nipah. Senyumnya mengembang saat mengenang masa lampau.
"Dulu, nipah cuman buat tempat berpijak kalau hujan. Jalanan becek. Kampung ini kan sering banjir, habis itu tanah jadi licin. Jadi, orang-orang meletakkan daun Nipah di jalan," kata Mursilah, Minggu (26/01/24).
Baca Juga:
- Syamsu Rizal Ajak AMSI Terlibat Menjadi Mitra Melawan Kejahatan Siber
- Sambut Tahun Baru Imlek, Nikmati Promo Spesial dari Bank Mandiri
- Tahukah Kamu, ini 9 Fitur Baru Instagram di 2025, Cek apa Saja?
Di rumah sederhana miliknya, Mursilah bercerita panjang tentang bagaimana usaha anyaman nipah di kampung wisata anyaman bermula.
"Semua anak saya sekolah dari hasil jualan anyaman nipah ini. Kalau nggak ada nipah, mungkin anak-anak saya nggak sekolah. Sekarang, mereka sudah menikah dan punya anak. Tapi usaha ini terus mereka lanjutkan," tuturnya sembari membenarkan posisi duduknya.
Meski usia tak lagi muda dan kesehatannya sering terganggu, Mursilah tetap menganyam.
"Kalau ada pesanan, saya masih menganyam. Di rumah saja, sambil duduk saya bisa bikin kerajinan. Nggak banyak, tapi lumayanlah," ucapnya dengan bangga.
Maridah (35) yang mewarisi keterampilan dari Mursilah, kini menjadi salah satu pengrajin andalan perajin anyaman_. Setiap pagi, ia sibuk mengolah lidi nipah yang dikirim dari daerah Sungsang, Kabupaten Banyuasin.
"Ada dua jenis lidi, lidi halus dan lidi kasar. Lidi halus buat anyaman piring, keranjang, atau wadah buah. Kalau lidi kasar, khusus buat tampah," jelasnya sambil menunjukkan hasil anyaman.
Dalam sehari, Maridah bisa menghasilkan 50 buah piring anyaman dan 20 buah anyaman tampah. Harga produknya pun terjangkau, berkisar Rp2.000 hingga Rp12.000 per buah piring dan tampah.
"Biasanya, orang datang langsung ke sini atau pesan dulu. Restoran dan warung makan banyak yang pesan, katanya lebih praktis karena piring ini nggak perlu repot dicuci pakai sabun," ungkap maridah.
Baca Juga:
- Program Klaster Usaha BRI, Solusi Peningkatan Hasil Pertanian Merauke
- IHSG pada 20 Januari 2025 Ditutup Menguat 16,08 ke 7.170,74 Poin
- BRI Tunjukkan 5 Komitmen Utama untuk Perkuat UMKM di Indonesia
Kerajinan nipah dari daerah tersebut bahkan sudah dikenal hingga luar daerah. "Pernah ada yang pesan sampai ke Bangka. Senang rasanya tahu hasil kerja keras kami dihargai," ujar dia.
Di kampung anyaman, keterampilan membuat anyaman bukan hanya milik para orang tua. Anak-anak juga diajarkan cara mengolah nipah sejak dini. "Banyak anak di sini sudah bisa membuat anyaman. Saya harap mereka tetap meneruskan tradisi ini, jangan sampai hilang," katanya.(Magang3/Vitria Isabella)