BucuKito
Kuda Lumping: Tetap Eksis di Tengah Arus Modernisasi Pedesaan
BUSADIN adalah salah satu ketua dari sanggar kuda lumping yang ada Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi, Sumatera Selatan. Ia terjun ke dunia seni kuda lumping karena menggemari kesenian.
Dalam setiap tarian Kuda Lumping yang di tampilkan oleh sanggar Turonggo Panji Saputro memiliki kesan dan makna tersendiri, dia mengatakan bahwa disaat mereka tampil di depan penonton yang banyak, tentunya sangat menyenangkan.
Nama Turonggo Panji Saputro sendiri memiliki arti tersendiri, Turonggo (Pemain) Panji (panjak) Saputro (Putra/Putri) sehingga dipilih menjadi identitas sanggar yang dipimpinnya.
Yang membedakan sanggar Turonggo Panji Saputro dengan sanggar lainnya, adalah tariannya.
Baca Juga:
- BRI Dorong Generasi Urban Lebih Aktif lewat BRImo SIP Padel League
- Waspada Penipuan! Maia Estianty Berbagi Uang
- Yuk Buat Beef Teriyaki
Busadin belum lama ini bercerita, di jalur itu banyak sanggar Kuda Lumping selain sanggar Turonggo Panji Saputro contohnya Ebed dan juga Kuda Lumping dari Banyumas, kesenian Kuda Lumping yang dibawakan oleh Turinggo Panji Saputro berasal dari Jawa Timur lebih tepatnya dari Kabupaten Jember.
Kuda Lumping yang biasa dikaitkan dengan hal hal mistis.
Padahal hal hal misits itu tidak ada, orang-orang yang kesurupan itu kan nggak ada itu cuman sekedar main dan untuk hiburan saja," ujar dia.
Busadin juga menambahkan bahwasanya yang kesurupan itu sebenarnya tidak ada, itu cuma imajinasi masyarakat saja.
Sanggar Turonggo Panji Saputro, telah berdiri sejak 2016. Selama hampir 10 tahun, dan sempat vacum 2 tahun karena COVID-19.
Baca Juga:
- Posko Rumah Merdeka: PLTU Sumsel I Ancam Sumber Ekonomi Masyarakat Sekitar
- Intip Yuk Sinopsis dan Tempat Nonton The Nice Guy, Drakor Baru Sarat Emosi dan Konflik
- Anak Muda Wajib Tahu! Begini Cara Bedakan Sejarah Asli dan Hoaks
Busadin mendapat dukungan dalam melakoni kesenian Kuda Lumping, terutama dari keluarga sehingga semangat dalam menjalani kesehariannya menjadi ketua di sanggar Turonggo Panji Saputro. Bahkan kini, seorang anak Busadin juga telah aktif ikut lakon Kuda Lumpung.
Harus diakui, pada zaman modern, budaya Kuda Lumping mulai berkurang digantikan dengan acara lain, seperti orgen, Busadin berharap kesenian atau budaya Kuda Lumping tetap maju walaupun di luar daerah.
"Saya berharap kesenian Kuda Lumping ini semakin maju, saat ini, Kuda Lumping disini lebih sering di tampilkan di setiap acara selain hiburan lain," kata dia.
Pakaian yang dikenakan oleh penari Kuda Lumping, di sanggar yang diasuh Busadin memiliki ciri khas tersendiri dari sanggar Kuda Lumping yang lain.
"Pernak-pernik yang paling kentara berbeda, kalau make up itu menyesuaikan kalau temanya penarinya," ujar dia.(Joka)