Memupuk Kesadaran untuk Menjaga Sumber Kehidupan, Jaga Kebersihan Sungai, Jangan Buang Sampah

Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi FKM Unsri mengedukasi anak-anak untuk tidak membuang sampah ke sungai (istimewa)

Oleh: Rayhan Juliandra, Mutiara Wahyuliana, Ade Mutiara Rosalinda, Rehsa Aprilliana, Khairunisa Catur Wulandari, Nyimas Syakira Wanashitta, Jessica Olivia Vega*

SUNGAI adalah tempat di mana masyarakat sering menggantungkan hidupnya. Dari sumber air bersih hingga sarana irigasi untuk pertanian, sungai memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, ironisnya, seringkali masyarakat merusak tempat yang seharusnya mereka hargai dan jadikan sebagai tumpuan.

Praktik membuang sampah sembarangan di sungai telah menjadi kebiasaan yang merugikan, bukan hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi kesehatan masyarakat itu sendiri.

Sampah yang menumpuk di sungai dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Baca Juga:

Ketika sampah terakumulasi, ia menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyebab penyakit, salah satunya adalah nyamuk. Nyamuk yang berkembang biak di genangan air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti demam berdarah dan malaria.

Dengan demikian, dampak dari pembuangan sampah sembarangan bukan hanya merusak keindahan alam, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Berdasarkan temuan di lapangan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku warga yang tinggal di pinggiran sungai dalam membuang sampah.

Pertama, wilayah yang cenderung berada di pinggir sungai sering kali memiliki akses yang lebih mudah untuk membuang sampah ke dalam sungai.

Kedua, minimnya fasilitas pengolahan sampah yang memadai membuat masyarakat merasa tidak memiliki pilihan lain.

Ketiga, persepsi masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan sungai juga sangat berpengaruh. Banyak orang yang masih menganggap bahwa membuang sampah ke sungai adalah hal yang biasa, tanpa menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkan.

Salah satu contoh nyata dari persepsi ini dapat dilihat dari pandangan seorang anak kecil yang tinggal di dekat sungai. Dalam sebuah percakapan, dia mengungkapkan, "Ay, kami la biaso yuk maen di banyu yang keruh samo banyak sampah, lah kebal!" (Ah, kita biasa sudah bermain di air yang keruh dan banyak sampah, kita kebal!).

Pernyataan ini mencerminkan bagaimana anak-anak, yang seharusnya menjadi generasi penerus, telah terbiasa dengan kondisi sungai yang tercemar. Mereka tidak menyadari bahwa bermain di air yang kotor dapat membahayakan kesehatan mereka. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sungai adalah sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya. Upaya menjaga kebersihan sungai dapat dimulai dari langkah sederhana, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan mengelola limbah dengan baik.

Edukasi masyarakat menjadi kunci penting, melalui kampanye, seminar, dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan sungai, terutama bagi anak-anak sejak usia dini.

Baca Juga:

Selain itu, pemerintah dan pihak terkait perlu menyediakan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai, seperti tempat pembuangan yang strategis dan program pengelolaan limbah yang efektif, sehingga masyarakat terdorong untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Tidak hanya itu, keterlibatan komunitas juga sangat penting dalam pelestarian sungai.

Kegiatan bersih-bersih sungai secara rutin, yang melibatkan masyarakat dan anak-anak, dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama. Penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk memberikan efek jera kepada pelanggar yang merusak lingkungan, sementara kolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat memperkuat berbagai program pelestarian.

Dengan langkah-langkah tersebut, kita tidak hanya menciptakan sungai yang bersih dan sehat, tetapi juga melestarikan ekosistemnya demi keberlanjutan kehidupan generasi mendatang. Mari jadikan sungai sebagai aset berharga yang dijaga bersama, bukan sebagai tempat pembuangan sampah.

*Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
 


Related Stories