Menengok Sehatnya UMKM Jamu di Kampung Jamu Palembang

Gapura Kampung Jamu di Lorong Bintara, Kelurahan Kuto Batu, IT 3 Palembang. (wongkito.co/yuliasavitri)

PALEMBANG, WongKito.co - Jamu tradisional masih digemari masyarakat sebagai ramuan terbaik di kala sakit. Hal ini salah satu alasan yang mendorong para pembuat dan penjual jamu tetap bertahan di tengah pengobatan modern.

Seperti 23 perempuan perajin jamu di Palembang yang terhimpun dalam Komunitas Jamu Bintara. Para anggota Komunitas Jamu Bintara masih mempertahankan tradisi meramu jamu sebagai usaha turun temurun sampai hari ini. Ramuan jamu yang sudah jadi biasanya dijual keliling area Palembang, dibawa dengan bakul, sepeda, bahkan pakai sepeda motor.

Menariknya, mereka tinggal dalam satu pemukiman yang sekarang dijuluki Kampung Jamu. Tepatnya di Lorong Bintara RT 16, Kelurahan Kuto Batu, Kecamatan Ilir Timur 3 Palembang. Lorong ini mudah dijumpai dari Jalan M Isa Palembang karena adanya gapura bertuliskan Kampung Jamu.

Ketika memasuki Kampung Jamu, informasi tentang jamu akan menyambut di sepanjang lorong. Meski tidak semua warga Kampung Jamu adalah pelaku UMKM jamu, tapi Kampung Jamu cukup dikenal oleh warga di Kelurahan Kuto Batu.

Terpantau, sebagian besar keluarga perajin jamu menempati rumah kontrakan kecil. Di dinding luar rumahnya dipasang plang pengenal berisi nama, foto, dan nomor anggota Komunitas Jamu Bintara. Sementara di pekarangan depan terdapat tanaman-tanaman toga, seperti temu lawak, kunyit, kencur, jahe, laos, dan sambiloto sebagai bahan dasar jamu.

Salah satu rumah perajin jamu diberi plang khusus di Kampung Jamu Palembang. (wongkito.co/yuliasavitri)

“Di momen jelang bulan puasa dan lebaran ini, ibu-ibu penjual jamu pulang mudik ke Jawa. Rumahnya sudah kosong sekarang,” ujar Koordinator Komunitas Jamu Bintara, Dian Lestari Ekawati, saat WongKito.co mendatangi Kampung Jamu, Selasa (21/03/23).

Dian mengungkapkan, para perempuan perajin jamu sudah bermukim di sini sejak puluhan tahun lalu. Secara administratif memiliki Kartu Keluarga beralamat Lorong Bintara RT 16. Hampir rata-rata perajin melanjutkan usaha jamu orangtuanya dan masing-masing sudah memiliki pelanggan tetap.

Menurut Dian, pembuat jamu cukup banyak tersebar di wilayah Palembang. Hanya kebetulan, di RT 16 inilah yang paling banyak bermukim. Hingga akhirnya tercetus untuk membentuk komunitas resminya. Nama Komunitas Jamu Bintara sendiri tidak ada arti khusus, hanya mengikuti nama lorong rumah mereka sebagai penanda keberadaan komunitas.

Adapun sebutan Kampung Jamu untuk Lorong Bintara karena pada tahun 2021 mereka ikut serta dalam lomba kampung tematik yang diselenggarakan Pemerintah Kota Palembang. Saat itu, Kampung Jamu menyabet Juara Harapan I. Apalagi saat itu angka kasus Covid-19 masih tinggi dan jamu menjadi harapan untuk kesehatan masyarakat.

“Saat pandemi kami juga berinovasi dibantu Dinas Kesehatan menghasilkan ramuan jamu tangkal Covid-19 untuk peningkatan imun tubuh. Tentu hasilnya membantu perekonomian usaha jamu juga,” ungkapnya.

Lalu, Kampung Jamu kembali dilombakan dan meraih Juara I sebagai kampung kreatif tahun 2022. Ia meyakinkan, tujuan terbentuknya komunitas dan kampung mereka kini dikenal sebagai sentra UMKM jamu cukup membantu perekonomian warga. Terbukti, Komunitas Jamu Bintara di Kampung Jamu kini didukung pemerintah kecamatan, kelurahan, Dinas Kesehatan, serta perbankan yakni Bank Sumsel Babel.

Dian menyebutkan, usaha Komunitas Jamu Bintara banyak dibantu dalam mengembangkan inovasi produk hingga pemasaran online. Selain jamu gendongan atau yang dibawa ke pelanggan, jamu sudah diproduksi dalam kemasan botol, dijual online, hingga ke kafe. Terkadang, pihak Bank Sumsel Babel pesan khusus untuk souvenir ketika ada acara untuk nasabahnya. Komunitas juga kerap diundang ikut bazar atau pameran UMKM.

Teranyar, lanjutnya, Komunitas Jamu Bintara dibantu Bank Sumsel Babel untuk mendapatkan sertifikasi halal. “Sebenarnya sudah banyak yang diberikan untuk komunitas jamu kami ini, dari pembangunan gapura, cat, pembinaan, pemasaran, bahkan sampai bibit tanaman toga. Hal lain ya tinggal sertifikasi halal saja. Beruntung Bank Sumsel Babel mengupayakan itu, saat ini masih dalam prosesnya,” ujar dia.

Tanaman toga di pekarangan rumah. (wongkito.co/yuliasavitri)

Kampung Jamu sempat dikunjungi Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Achmad Syamsudin bersama jajaran kantor cabang Palembang pada 7 Maret 2023 lalu. Dalam kesempatan itu ia menyampaikan bahwa Bank Sumsel Babel berkomitmen mendorong para pelaku UMKM untuk naik kelas. 

Bantuan yang diberikan Bank Sumsel Babel ke pelaku usaha di Kampung Jamu Palembang yakni melalui Kredit Usaha Rakyat atau KUR untuk ases permodalan dan pengembangan usahanya. Tidak hanya dari segi keuangan, pembinaan hingga pemasaran juga dibantu.

Dilansir dari Bisnis.com, Bank Sumsel Babel juga baru saja menjalin kerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dalam rangka membantu UMKM jamu mendapatkan sertifikasi halal. “Supaya produk yang mereka buat ini memiliki kejelasan halal, sehingga berpengaruh juga pada tingkat penjualan,” kata Achmad Syamsuddin. (*)

Editor: Redaksi Wongkito

Related Stories