Ragam
Merger BUMN Pelindo Mampu Hasilkan Penghematan hingga Rp500 Miliar
JAKARTA - Merger BUMN Pelindo pada Oktober 2021 silam mampu menghasilkan penghematan dari segi optimalisasi aset yang dilakukan oleh subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP).
Tercatat, selama setahun SPTP melakukan penghematan dari optimalisasi aset sedikitnya mencapai Rp500 miliar.
Corporate Secretary SPTP Widyaswendra mengatakan, optimalisasi aset dilakukan untuk mendukung standardisasi peti kemas dengan cara memenuhi kebutuhan minimum peralatan.
"Dibandingkan jika harus melakukan pembelian baru melalui pengadaan yang pasti membutuhkan biaya besar dan waktu yang tidak sedikit," ungkap Widyaswendra dalam laporan resmi pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Baca Juga :
- Aplikasikan ESG, PLN Terapkan Strategi GREEN
- HUT ke-26, XL Axiata Lakukan Beragam Program Sosial
- Cuaca Ekstrem dan BBM Naik, Alasan Nelayan Bandar Lampung Terpaksa Sandarkan Kapal
Ia melanjutkan, nilai penghematan tersebut didapat dari sejumlah relokasi peralatan yang dilakukan oleh perseroan.
Relokasi peralatan pendukung kepelabuhan dilakukan oleh SPTP untuk memenuhi kebutuhan minimal peralatan di terminal peti kemas yang membutuhkan.
Hingga September 2022, sedikitnya SPTP telah merelokasi 3 unit alat angkat peti kemas di atas dermaga (quay container crane/QCC), 4 unit alat angkat peti kemas di lapangan penumpukan (rubber tyred gantry/RTG).
Adapun nilai baru alat jenis QCC berkisar antara Rp140 miliar hingga Rp160 miliar per unit. Sementara untuk jenis RTG berkisar antara Rp40 miliar hingga Rp50 miliar.
Sementara itu, untuk jumlah aset yang dioptimalkan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas hingga tahun 2025 mencapai 99 peralatan yang akan direlokasi ke sejumlah terminal peti kemas di seluruh wilayah kerja perusahaan.
"Selain QCC dan RTG juga ada alat angkat dan angkut peti kemas lainnya yang akan dioptimalkan, tentunya disesuaikan dengan terminal yang akan dituju terutama infrastruktur seperti dermaga dan lapangan penumpukan," katanya.
Kendati demikian, menurut Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi menegaskan, saat ini terdapat ketimpangan antara terminal peti kemas di wilayah barat dengan timur Indonesia. Sejumlah terminal peti kemas belum didukung dengan peralatan yang memadai.
"Akibatnya kinerja bongkar muat di sejumlah terminal masih belum maksimal," kata Siswanto.
Siswanto juga mengapresiasi Pelindo untuk melakukan relokasi sejumlah peralatan utama dan pendukung kegiatan terminal peti kemas.
Menurutnya, selain sejumlah program perbaikan dan peningkatan kompetensi petugas operasional, peralatan juga menjadi hal penting dalam meningkatkan kinerja terminal peti kemas.
Ia juga menambahkan dengan kinerja bongkar muat yang baik, maka waktu kapal berada di terminal peti kemas (port stay) menjadi lebih cepat, dan diharapkan bisa segera berlayar serta menambah jumlah kunjungan kapal (turn round voyage).
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Feby Dwi Andrian pada 07 Oct 2022