Produksi Gas Jatim Diturunkan, Efek Sepi Pembeli karena Pipa Belum Tersambung

rogres pekerjaan aktual pembangunan proyek pipa transmisi gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap I ruas Semarang-Batang mencapai 91,35% per Mei 2023. (TrenAsia)

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan produksi gas di Jawa Timur (Jatim) terpaksa diturunkan karena hingga kini pipa gas belum tersambunh, akibatnya pembeli sepi.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, pipa gas yang belum tersambung tersebut  menuju Jawa Barat (Jabar).

Kekinian, pemerintah tengah menggenjot konektivitas pipa transmisi gas Cirebon menuju Semarang (Cisem). Di mana pembangunan baru terealisasi untuk tahap I yakni dari Semarang menuju Batang sepanjang 60 km.

Baca Juga:

"Gas di Jatim tidak bisa dialirkan, jadi masalahnya bukan produksi turun tapi masalahnya tidak ada yang beli, kalau gas tidak ada yang beli disimpan lagi di bawah tanah," ungkapnya saat Migas Goes to Campus ITB 2023 dilansir pada Senin, 4 Desember 2023.

Dirjen Migas Kementerian ESDM ini tak menampik memang saat gas di Jatim dalam kondisi surplus, namun setelah beroperasinya Jambaran Tiung Biru (JTB) yang memiliki kapasitas produksi hingga 190 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) bisa diserap.

Adapun untuk produksi gas di Jatim sebesar 100 MMSCFD hingga kini belum terserap. Tutuka menyebut konektivitas pipa gas transmisi merupakan jawaban, agar tidak ada lagi potensi penurunan produksi gas yang lebih tinggi jika pipa gas tidak kunjung tersambung ke Jabar.

lanjut Tutuka, karena belum tersambungnya pipa pengiriman gas dari Jatim menuju Jabar saat ini harus dilakukan dengan mengubahnya menjadi gas alam cair (liquified natural gas/LNG).

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan pasokan gas berlebih atau oversupply dari sejumlah lapangan onstream di daerah Jawa Timur.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa Nurwahidi mengatakan, dalam industri hilir di Jawa Timur dan Jawa Tengah belum mampu menyerap pasokan gas dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) namun pasokan gas terus bertambah hingga akhir tahun ini.

“Ini menjadi tantangan bagi kami untuk mengkomersialisasi bagaiaman menjual gas-gas tersebut lebih banyak lagi supaya bisa meningkatkan lifting,” katanya di Fasilitas Produksi PGN Saka, Jawa Timur Senin 27 November 2023.

Nurwahidi melanjutkan,jika posisi lifting gas per Oktober 2023 telah berada di level rata-rata 747 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

Ia menggarisbawahi, kemampuan serap dari industri hilir seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN hingga Petrokimia Gresik hanya berkisar di angka 565 MMscfd. SKK Migas dan KKKS tengah mendorong komersialisasi dari angkut gas yang terus mengalami pertumbuhan saat ini. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 04 Dec 2023 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories