Produksi Timah Menurun Menyebabkan Pendapatan Perseroan Rendah

Produksi Timah Menurun Menyebabkan Pendapatan Perseroan Rendah (Ist)

Jakarta, Wongkito.co -  Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk (TINS) dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk (TINS), Ahmad Dani Virsal.

Lebih lanjut, Ahmad Dani Virsal menyatakan penyebab penurunan pendapatan perseroan dalam 3 tahun terakhir, salah satunya yaitu akibat penurunan produksi timah perseroan.

Ahmad menjelaskan, produksi bijih timah pada tahun 2023 hanya mencapai 14,85 ribu ton, turun 26% dari 20 ribu ton pada tahun 2022. Capaian tahun 2022 juga anjlok dari 24,67 ribu ton pada tahun 2021.

“Tahun 2022 juga lebih rendah dibandingkan tahun 2021, jadi 3 tahun terakhir ini terus turun,” ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR. Rabu, 3 Maret 2024.

Baca juga

Begitu pula dengan produksi logam timah (ingot) pada tahun 2023 sebesar 15,3 ribu metrik ton, turun 23% dari 19,8 ribu metrik ton pada tahun 2022, yang juga mengalami penurunan dari produksi tahun 2021 sebesar 26,4 ribu metrik ton.

Ahmad menjelaskan, penjualan logam juga mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir, diperparah karena harga jual rata-rata logam turun yang saat ini berada di level U$D26.500, sehingga berimbas pada pendapatan.

“Harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply,” imbuhnya.

PT Timah mencatat penurunan pendapatan yang konsisten, dari Rp14,6 triliun pada tahun 2021, turun sekitar Rp12,5 triliun di tahun 2022, dan anjlok lagi 33% menjadi Rp8,3 triliun di tahun 2023.

“Beban peak-nya tetap, peak cost-nya, tetapi pendapatan kita jauh menurun, karena produksinya juga jauh menurun. Produksi menurun ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun sehingga pendapatan itu jomplang jauh sekali,” tegas Ahmad.

Ahmad menambahkan, EBITDA perseroan mengalami penurunan drastis sebesar 71%, dari Rp2,3 triliun di tahun 2022 menjadi hanya Rp684 miliar di tahun 2023. Perseroan akhirnya mencetak rugi bersih.

“Perusahaan mengalami kerugian di tahun 2023 sebesar kurang lebih Rp450 miliar,” pungkasnya.

Aset Menurun

Di tahun 2023 PT Timah mencatat interest bearing debt mencapai Rp3,5 triliun, naik 26% dari tahun 2022, sementara nilai total aset menurun menjadi Rp12,85 triliun. Selain itu, ekuitas juga mengalami penurunan menjadi Rp6,2 triliun.

Terdapat penurunan dalam kontribusi sektor pajak perusahaan kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Bangka Belitung, dari Rp725 miliar di tahun 2021, turun menjadi Rp625 miliar di tahun 2022, kemudian hanya mencapai Rp429 miliar pada tahun 2023.

“Begitu juga kontribusi sektor pajak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kita juga mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir termasuk kewajiban PPh 21, PPh 23, dan PPN juga mengalami penurunan,” jelas dia.

Mengenai hal tersebut, Komisi VI DPR RI mengaku terkejut atas kinerja keuangan PT Timah (Persero) Tbk (TINS) yang mengalami kerugian bersih hampir mencapai Rp450 miliar sepanjang tahun 2023.

Baca juga

Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDI Perjuangan, Harris Turino, menganggap Direktur Utama PT Timah, Ahmad Dani Virsal, terkesan biasa saja ketika menjelaskan kinerja keuangan perseroan yang anjlok di tengah kasus korupsi.

“Memang ketika saya menerima bahan presentasi ini saya terkejut pak, tak ada secuil pun sense of crisis. Padahal beberapa Direksi PT Timah berada di dalam tahanan,” ujar Harris saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR, pada Selasa.

Ia mengungkapkan, seharusnya Ahmad menjelaskan titik mula penyebab kerugian perusahaan secara rinci. Sebab, pendapatan perusahaan konsisten menurun dalam 3 tahun terakhir seiring dengan penurunan produksi bijih dan logam timah.

Harris menambahkan, laba rugi perusahaan mengalami fluktuasi. Misal, pada 2020 rugi bersih sebesar Rp340 miliar, kemudian tahun 2021 untung Rp1,3 triliun, diikuti untung Rp1 triliun pada 2022, namun kembali mengalami rugi bersih Rp450 miliar di tahun 2023. 

Selain itu, PT Timah juga mencatat penurunan EBITDA sebesar 71%, dari Rp2,3 triliun di tahun 2022 menjadi hanya Rp684 miliar di tahun 2023.

“Harus dijelaskan, Pak. Kenapa EBITDA juga turun 71%, kemudian tadi ditunjukkan bahwa utangnya meningkat, catatan saya apa benar Debit to Equity Ratio-nya masih sehat?” tegas Harris.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 03 Apr 2024 

Editor: admin

Related Stories