Rasio Dokter hanya 0,47 per seribu Penduduk, UKT Kedokteran Selangit Bikin Jumlah Dokter Indonesia Sedikit

(null)

JAKARTA - Indonesia saat ini menghadapi krisis serius yakni jumlah dokter. Dengan rasio dokter hanya 0,47 per seribu penduduk, Indonesia sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Bahkan Indonesia juga masih tertinggal dari negara Timor Leste, Myanmar, dan Filipina. 

Dengan populasi sekitar 270 juta jiwa, untuk mencapai rasio ideal 1 dokter per seribu penduduk, Indonesia memerlukan sekitar 270.000 dokter.

Namun berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2022 yang diterbitkan Kementrian Kesehatan, saat ini hanya terdapat sekitar 120.000 dokter yang berpraktik, yang berarti masih ada kekurangan sekitar 150.000 dokter.

Dilansir dari kemkes.go.id, dengan rata-rata sekitar 12.000 lulusan dokter setiap tahun dari 117 fakultas kedokteran di Indonesia, maka dibutuhkan waktu sekitar 15 tahun bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dokter sesuai dengan angka yang tersedia saat ini. 

Baca juga:

Salah satu faktor yang menghambat penambahan jumlah dokter adalah tingginya biaya pendidikan kedokteran di Indonesia. Biaya sekolah kedokteran yang tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti durasi pendidikan yang panjang, biaya infrastruktur dan peralatan yang tinggi, rasio dosen dan mahasiswa yang rendah, biaya penelitian dan pengembangan, sistem pendanaan, permintaan dan penawaran.

Sebaran dokter di setiap wilayah masih belum merata. Dilansir dari umy.ac.id, menurut akademisis UMY, Nano Prawoto sekitar 70% dokter terpusat di pulau Jawa, sementara hanya 30% sisanya yang tersebar di luar pulau tersebut. 

Kondisi ini menimbulkan tantangan serius dalam memberikan akses pelayanan kesehatan yang merata di seluruh wilayah Indonesia

Data menunjukkan bahwa biaya kuliah di fakultas kedokteran di berbagai universitas negeri dan swasta di Indonesia sangat mahal, dengan variasi yang signifikan.

 

Mahalnya Sekolah Dokter di Universitas Negeri

Dilansir berbagai sumber, Universitas Gadjah Mada (UGM), misalnya, besaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk mahasiswa kedokteran bervariasi mulai dari subsidi penuh yang menggratiskan biaya kuliah, hingga tanpa subsidi yang mencapai Rp30 juta per semester. 

Di Universitas Indonesia (UI), biaya UKT juga beragam, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp20 juta per semester. 

Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Airlangga (Unair) juga menetapkan biaya UKT yang bervariasi, dengan kategori tertinggi mencapai Rp24 juta di Unpad dan Rp25 juta di Unair. 

Sedangkan di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), biaya tertinggi mencapai Rp 30 juta per semester.

UKT FK Universitas Swasta Lebih Mahal Lagi

Tidak hanya di universitas negeri, biaya pendidikan kedokteran di universitas swasta juga sangat mahal. 

Dilansir dari ums.ac.id, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta misalnya, mahasiswa harus membayar Dana Pengembangan sebesar Rp 242 juta sebagai investasi awal, ditambah biaya per Sistem Kredit Semester (SKS) sebesar Rp 1,12 juta.

Fakultas Kedokteran Gigi di universitas yang sama juga tidak jauh berbeda, dengan Dana Pengembangan sebesar Rp 196,5 juta dan biaya per SKS sebesar Rp966.000.

 

 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 30 May 2024 

Bagikan

Related Stories