GayaKito
Tampil di Ajang Budaya JKPI, Ini 5 Fakta Wayang Kulit Palembang
PALEMBANG, WongKito.co - Wayang Kulit Palembang mungkin tidak setenar Wayang Kulit Purwa dari jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta bahkan juga Wayang Kulit Bali.
Namun, hingga kini Wayang Kulit Palembang masih bertahan di tengah gempuran seni dan budaya modern di Bumi Sriwijaya.
Tampil di ajang budaya RAKERNAS IX Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) 2022, di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Kamis (3/11/2022) malam menjadi salah satu bukti eksistensi Wayang Kulit Palembang.
Pemkot Palembang juga berulang kali mengungkapkan komitmen untuk menjaga kelestarian warisan budaya Palembang salah satunya, wayang kulit.
Baca Juga:
- Meriahnya Karnaval Budaya Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Warga Palembang Ungkapkan ini
- Mantap, Indo Tambangraya (ITMG) Bagikan Dividen Interim Rp4.128 Per Lembar Saham
- 3.033 Guru Honorer Palembang Seleksi PPPK tanpa Tes, Ini Penjelasannya
Agar lebih mengenal wayang kulit Palembang, yuk simak lima fakta berikut ini:
1. Dalangnya tinggal seorang
Berbeda dengan Wayang Jawa yang pelestariannya cenderung masif, Wayang Palembang cenderung stagnan dalam hal regenerasi dalangnya.
Kekinian, tinggal seorang dalang yang masih bertahan yaitu Kiagus Wirawan Rusdi. Pria ini mendalang di sela-sela kegiatannya mencari nafkah untuk keluarganya, karena memang Wayang Kulit Palembang tidak bisa menjadi sumber ekonominya.
2. Bentuknya sama dengan Wayang Jawa
Konon Wayang Kulit Palembang, memang berasal dari Jawa tetapi memang ditampilkan dengan beradaptasi dengan daerah setempat. Karena itu, tak heran kalau Wayang Kulit Palembang lakon dan ketokoh-annya juga persis dengan wayang dari pulau seberang.
3. Bahasa Melayu Palembang
Meskipun asal muasalnya memang dari Wayang Kulit Jawa, tetapi penggunaan bahasa Melayu Palembang menjadi pembeda saat sang dalang tampil.
4. Tidak Gunakan Suluk
Di awal penampilan Wayang Kulit Jawa, biasanya dalang akan memulai dengan suluk, suluk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah nyanyian (tembang) dalang yang dilakukan ketika akan memulai suatu adegan (babak) dalam pertunjukan wayang.
Wayang Kulit Palembang tidak mengawali dengan suluk.
5. Tak ada Pesinden
Lazim dalam setiap penampilan Wayang Kulit Jawa, tampil juga beberapa pesinden yang mengirisi cerita wayang yang ditampilkan sang dalang. Namun, ketika Wayang Kulit Palembang ditampilkan tidak disertai sinden atau penyanyi ya.
Demikian ya, fakta Wayang Kulit Palembang yang harus kita dukung untuk terus lestari sebagai bentuk komitmen generasi muda untuk menjaga warisan budaya dari leluhur bangsa ini.(Sigit)