Ragam
Teater "Amin dalam Amin": Kolaborasi Seni-Jurnalisme di Isu Transisi Energi Berkeadilan, Ramaikan Fesmed AJI
MAKASSAR, WongKito.co — Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) berkolaborasi dengan Antologi Manusia, kelompok budaya berbasis riset dan kesenian di Makassar, serta Fermentasi Radiasi, proyek kolaborasi seni dan jurnalisme, menghadirkan pertunjukan teater berjudul "Amin dalam Amin."
Pertunjukan teater sebagai bagian dari rangkaian Festival Media (Fesmed) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, yang menjadi ini digelar pada Minggu, 14 September 2025, di halaman Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), Makassar.
Festival tahunan ini mempertemukan ratusan jurnalis, akademisi, seniman, dan masyarakat sipil untuk mendiskusikan tantangan serta inovasi dalam dunia media, yang kali ini, Makassar sebaga kota penyelenggara.
"Amin dalam Amin" merupakan adaptasi seni pertunjukan dari karya jurnalistik. Meski praktik serupa pernah dilakukan di tempat lain, bagi PPMN inilah proyek perdana di mana liputan mendalam yang telah terbit dikemas ulang dalam bentuk teater, lalu dipentaskan untuk publik. Dengan cara ini, isu-isu berat yang biasanya tersaji dalam teks berita bisa dihadirkan secara emosional dan mudah diakses oleh penonton dari berbagai kalangan.
Baca Juga:
- KCIF2025: Bahas Masa Depan Feminisme dan Aktivisme Feminis di Tengah Krisis Internal dan Eksternal
- Telkomsel Hadirkan Program Surprise Deal Nelpon, Berikan Ribuan Menit Hemat Nelpon
Musim Hujan Diprediksi Datang Lebih Cepat, BMKG Ingatkan Bahaya Hidrometeorologi
Tiga laporan jurnalistik menjadi materi utama pementasan ini, masing-masing mengangkat persoalan transisi energi di Indonesia:
1. Konflik pembangunan Geothermal di Padarincang, Banten (Project Multatuli)
2. Proyek pembangunan PLTS Cirata di Jawa Barat dan persoalan ketenagakerjaan (Kompas.id)
3. Dampak operasional PLTU Tabalong di Kalimantan Selatan (Mongabay)
Ketiga liputan ini lahir dari fellowship program Transisi Energi Berkeadilan yang digarap PPMN dengan dukungan Climate Works Foundation. Program fellowship ini bertujuan memperkaya pemberitaan seputar energi terbarukan, pembangunan berkelanjutan, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat lokal—isu yang kerap luput dari perhatian publik maupun pengambil kebijakan.
“Program ini adalah upaya untuk mendekatkan laporan jurnalistik mengenai transisi energi berkeadilan kepada publik. Masalah yang dialami masyarakat nyata, dan melalui teater ini publik diajak untuk ‘mengalami’-nya secara langsung,” ujar Fransisca Ria Susanti, Direktur Eksekutif PPMN. “Harapannya, pengalaman ini tidak hanya menumbuhkan empati, tetapi juga mendorong keterlibatan publik dalam merespons isu-isu tersebut.”
Sementara itu, Rachmat Mustamin, penulis sekaligus sutradara “Amin dalam Amin,” menjelaskan bahwa pementasan dikemas dalam nuansa pengajian, terinspirasi dari artikel “Perempuan Padarincang Melawan Proyek Geothermal Banten” di Project Multatuli. “Pertunjukan ini tentang doa. Seperti doa, ada harapan, ada pertanyaan, dan ada pencarian jawaban,” ungkapnya.
Baca Juga:
- Sri Mulyani Diganti, Celios Nilai Positif, Simak 5 Catatan untuk Menteri Keuangan yang Baru
- Cari Tahu Penyebab Kematian Gajah Tari, Balai TN Tesso Nilo Tunggu Hasil Laboratorium
- Hoaks: Indonesia jadi Target Revolusi Warna lewat Demonstrasi Agustus 2025, Simak Penelusurannya
Kolaborasi lintas disiplin ini menegaskan bahwa jurnalisme tidak hanya bisa dibaca, tetapi juga dapat dirasakan. Melalui panggung, penonton diajak memahami bagaimana proyek energi—yang sering disebut sebagai solusi hijau—ternyata bisa memunculkan persoalan baru: mulai dari konflik lahan, hilangnya mata pencaharian, hingga dampak kesehatan dan sosial bagi masyarakat.
Meski hanya dipentaskan sekali, publik masih dapat menyaksikan rekaman pertunjukan melalui kanal YouTube Fermentasi Radiasi. Dengan begitu, gagasan dan pesan yang diusung tetap bisa menjangkau lebih banyak orang di luar lokasi pertunjukan.
“Amin dalam Amin” menjadi contoh bagaimana jurnalisme dapat berpadu dengan seni pertunjukan, menghadirkan medium baru yang kuat untuk menyampaikan narasi mengenai ketidakadilan dalam pembangunan. Bagi PPMN, karya ini adalah langkah awal untuk terus mengeksplorasi cara-cara kreatif dalam mendiseminasikan hasil liputan jurnalistik, sehingga publik tidak hanya membaca berita, tetapi juga merasakannya sebagai bagian dari pengalaman bersama.(*)