Ragam
Tes Antigen Mandiri di Rumah tanpa Bantuan Nakes? Yuk Ketahui Bahayanya
JAKARTA - Upaya memastikan apakah terpapar atau tidak COVID-19 dilakukan sebagian masyarakat Indonesia dengan test swab antigen secara mandiri. Hal ini didukung dengan semakin maraknya alat test antigen yang diperjualbelikan di e-commerce secara bebas di kisaran harga Rp350 ribu - Rp500 ribu.
Test antigen ini sendiri dilakukan dengan menggunakan teknik swab dari hidung ataupun tenggorokan, untuk mengambil lendir yang akan digunakan sebagai sample.
Meskipun terdengar mudah, melakukan test swab antigen sangat tidak direkomendasikan secara mandiri tanpa bantuan tenaga kesehatan, karena dapat menimbulkan dampak negatif.
Baca Juga:
- Resep Kimci, Pas untuk Lidah Indonesia tanpa Gochujang
- Buruan, Masih Dibuka Pendaftaran Poltek Nuklir BRIN bisa Kuliah Gratis
- Big Hit: BTS dan TXT Paling Banyak Pengikut di TikTok
Berikut dampak negatif melakukan test antigen secara mandiri menurut Siloam Hospitals.
1. Cedera hingga pendarahan pada hidung
Dengan teknik yang harus memasukkan benda ke dalam hidung, test antigen yang dilakukan secara mandiri berpotensi menyebabkan cedera hingga pendarahan pada hidung. Hal tersebut terjadi karena tangkai dari alat swab yang mengenai pembuluh darah, maka dibutuhkan bantuan dari tenaga kesehatan yang mengetahui sejauh mana alat swab dapat masuk ke rongga hidung.
2. Menyebabkan rasa sakit dan patahnya tangkai alat swab
Patahnya tangkai alat swab dapat menimbulkan rasa sakit dan dampak negatif lainnya, hal ini dapat terjadi kepada orang yang memiliki struktur hidung yang tidak normal ataupun sempit. Kemudian bila tangkai swab patah dan tertinggal di dalam, hal ini akan menimbulkan rasa sakit hingga pendarahan.
3. Kesalahan pemeriksaan
Dalam melakukan test swab antigen bagian terpenting adalah bagaimana hasil dari test tersebut, jika tidak dilakukan dengan benar maka hasil swab dapat menunjukan hasil yang tidak akurat.
4. Risiko penularan COVID-19 jika dilakukan dengan orang lain
Dengan melakukan swab antigen dengan bantuan orang lain yang bukan tenaga kesehatan, hal ini dapat meningkatkan resiko penularan COVID19. Karena kita tidak mengetahuo apakah orang yang membatu tersebut terinfeksi atau tidak.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Merina pada 21 Feb 2022