Ekonomi dan UMKM
Toyota, Daihatsu dan Hino Semester Ini Kompak Jual Lima Juta Kendaraan
JAKARTA - Penjualan global Toyota Motor (TM) tumbuh 8,3% tahun-ke-tahun pada paruh pertama tahun fiskal. Salah satu perusahaan otomotif raksasa ini telah menjual hampir 5,6 juta kendaraan. Berkat ini, Toyota berhasil mencatatkan sebuah rekor baru bagi perusahaan otomotif terbesar secara global.
“Pada periode April hingga September 2023, penjualan dan produksi Toyota meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan berkurangnya kekurangan semikonduktor,” kata manajemen perusahaan dari keterangan resmi.
Sejalan dengan Toyota, produksi global anak perusahaan Daihatsu Motor Co. dan Hino Motors Ltd juga turut meningkat 10% menjadi 5,7 juta unit.
Baca juga:
- Pertamina Sumbagsel Pastikan Penyaluran Tepat Sasaran, Inlah Deretan Kinerja Satgas Monitoring dan Pegawasan Penyaluran BBM dan LPG Bersubsidi
- Kehilangan Udara Bersih dan Kebun akibat Eksploitasi Batu Bara Versus Energi Hijau
- Kredit Perbankan Tembus 8,96 Persen per September
Kondisi pasokan yang lebih baik dan permintaan konsumen yang kuat diproyeksikan akan menjadi faktor penentu kesuksesan kinerja Toyota pada tahun berikutnya. Peningkatan produksi global menandai peningkatan ketiga berturut-turut dari tahun ke tahun. Toyota berhasil mencatatkan peningkatan penjualan pertama dalam dua tahun.
Untuk diketahui peningkatan penjualan merek Toyota dan Lexus terbesar ada di negara Afrika dengan 22%, pertumbuhan ini tercatat yang tertinggi dibandingkan kawasan-kawasan lain. Timur Tengah menyusul dengan pertumbuhan sebesar 17%, diikuti oleh Amerika Utara sebesar 9,4% dan Eropa sebesar 7%. Namun, perlambatan ekonomi di Thailand dan Indonesia berkontribusi pada relatif lemahnya penjualan di beberapa wilayah Asia.
Meski memiliki kinerja penjualan yang mentereng, saham Toyota terpantau turun sedikit kurang dari 1% pada perdagangan Senin, 30 Oktober 2023.
Dikutip dari TrenAsia.com pada Selasa, 31 Oktober 2023 laba bersih Toyota turun 14% pada tahun fiskal 2022 dari tahun sebelumnya menjadi US$18 miliar setara Rp285,3 triliun.
Penurunan ini terjadi untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir dan disebut karena kenaikan biaya material.
Faktor yang menyebabkan anjloknya pendapatan tersebut adalah meningkatnya biaya untuk baja dan alumunium. Meski begitu, ada efek positif dari penurunan yen dan penjualan secara cepat di Jepang dan pasar Asia lainnya yang mampu membantu mengurangi dampak penurunan laba ini.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 31 Oct 2023