BucuKito
Universitas Indonesia jadikan Ampas Kopi untuk Material Baterai Kendaraan Listrik
DEPOK, WongKito.co - Universitas Indonesia melalui tim peneliti dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTMM FTUI) mengembangkan inovasi material baterai lithium ion untuk kendaraan listrik. Material penyusun baterai yang dikembangkan terbuat dari limbah ampas kopi yang diolah menjadi grafen dan limbah batok kelapa yang diolah menjadi karbon aktif untuk ditambahkan pada material aktif anoda.
Ketua Tim Peneliti Baterai Lithium-Ion FTUI Anne Zulfia Syahrial, menuturkan, LTO tidak rentan mengalami short circuit (korsleting) pada saat proses charging (pengisian electron).
“Arus listrik yang dihasilkan lebih stabil dan aman dibandingkan baterai Lithium Graphite yang umum banyak digunakan pada baterai kendaraan listrik saat ini,” papar Anne dalam melansir Eduwara.com, jejaring WongKito co, Rabu (03/11/2021).
- Kejar Target Emisi Nol Persen pada 2060, Pertamina Butuh Investasi Rp57 Triliun
- Penjualan Element Bike Nyaris Rp1 Triliun, Pandemi Bikin Demam Sepeda
- Kilang Pertamina Unit Plaju Bersama Universitas PGRI Palembang Gelar Simulasi Kurikulum Tanggap Bencana Kebakaran
Baterai lithium ion tersebut buatan tim peneliti yang terdiri dari Anne Zulfia Syahrial, Bambang Priyono, dan Nofrijon Sofyan. Baterai dibuat dari material Lithium Titanate Oxide (LTO) yang dicampur dengan timah (Sn) dan karbon aktif (C) serta LTO yang dicampur dengan Silikon (Si) dan karbon aktif (C) sehingga membentuk masing-masing komposit LTO/C-Sn dan LTO/C-Si sebagai material aktif anoda dan Lithium Ferro Phospate (LFP) sebagai material aktif katoda.
Inovasi tersebut mampu membuat baterai yang dihasilkan memiliki bobot lebih ringan dan waktu pengisian daya yang lebih cepat.
Ia menjelaskan meski demikian, juga terdapat kelemahannya, yakni kapasitas spesifik (LTO) di 175 mAh/g, lebih rendah dari grafit di 372 mAh/g.
“Tim kami mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mencampurkan Sn atau Si dan karbon aktif dari limbah batok kelapa menjadi komposit. Kami juga mengolah ampas kopi menjadi grafen untuk dicampurkan dengan LTO,” ujar Anne.
Ide pemanfaatan limbah ampas kopi untuk baterai Lithium Ion ini berawal saat tim peneliti melihat banyaknya sampah dari kopi yang tidak dimanfaatkan. Setelah dikaji, ternyata ampas kopi dapat diolah menjadi grafen untuk meningkatkan konduktivitas LTO pada baterai Lithium-Ion.
“Pada limbah ampas kopi, kami temukan kandungan partikel-partikel yang dapat menghasilkan nano partikel dengan kondisi surface area yang baik. Semakin baik kondisi kondisi surface area, semakin banyak ion masuk yang dapat menghasilkan tenaga yang lebih bagus juga,” ujar Bambang Priyono.
Bobot Ringan
Dipaparkan Nofrijon Sofyan, semakin besar bobot mobil, semakin rendah daya dorongnya. Konsumsi bahan bakar juga semakin besar. Baterai lithium graphite yang ada saat ini lumayan berat.
“Untuk mengurangi bobot, kami mencoba mengembangkan material yang lebih ringan sehingga berat baterai dapat berkurang sampai mencapai target kami 200 kilogram. Tim kami juga sedang meneliti bagaimana agar waktu pengisian daya dapat lebih singkat seperti halnya pengisian bahan bakar pada kendaraan konvensional,” papar Nofrijon.
Keunggulan baterai Lithium-Ion dengan LTO yang dikembangkan yaitu bobotnya yang ringan dan waktu pengisian daya yang lebih cepat. Tim Peneliti FTUI memperkirakan baterai mobil listrik dengan LTO ini dapat mencapai bobot 200 kilogram jauh lebih ringan dibandingkan dengan baterai berkapasitas sama yang ada saat ini dengan bobot kisaran 500 kilogram.
- Mahasiswa Yogyakarta Ciptakan Aplikasi CONNECT
- Malam Minggu, Yuk Gabung Late Nite Sales Mitra10 TAA
- Asa Srikandi Aspal Hidupi Keluarga
Dengan bobot yang ringan itu, jarak tempuh yang bisa dicapai mobil akan meningkat. Sementara waktu pengisian daya baterai saat ini adalah 30 menit dengan target kedepannya mencapai 15 menit untuk full charging. Waktu ini lebih cepat dibandingkan baterai mobil listrik yang saat ini membutuhkan 1.5 – 2 jam waktu pengisian daya.
Dekan FTUI Hendri D.S. Budiono memaparkan, inovasi baterai listrik dari FTUI ini dinilai akan sangat bermanfaat bagi pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
“Saya berharap pihak industri dapat menyerap inovasi yang dihasilkan oleh sivitas akademika FTUI untuk kemudian dikomersialisasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi penguasa pasar dalam hal baterai kendaraan listrik dengan begitu banyak material pembuatan baterai listrik ini tersedia di alam Indonesia,” tutur Hendri. (Bhakti)
Tulisan ini telah tayang di eduwara.com oleh Redaksi pada 03 Nov 2021