Ekonomi dan UMKM
Wah, Rupiah Berpotensi Melemah Dampak dari Demonstrasi di China dan Komentar Pejabat The Fed
JAKARTA - Dampak dari terjadinya demonstrasi besar-besaran di China dan komentar pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) soal suku bunga dan inflasi, diperkirakan akan terjadi pelemahan kembali mata uang rupiah.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 29 November 2022, nilai kurs rupiah dibuka melemah 3,5 poin di posisi Rp15.725,5 perdolar AS.
Sebelumnya, Senin (28/11/2022), nilai kurs rupiah ditutup melemah 49 poin di level Rp15.722 perdolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, demonstrasi besar-besaran di China telah berdampak kepada perekonomian negara tersebut dan pada gilirannya berimbas juga kepada negara-negara yang bermitra dengan negeri Tirai Bambu.
Baca Juga:
- Simak Yuk Caranya, Toyota-Astra Motor Berikan Reward Saldo E-Wallet Buat Pelanggan
- Nge-Grill di Tipsy Rabbit Grill and Suki Yuk! Nikmati Diskon Hingga 15 Persen
- Buana Finance Dapat Fasilitas Kredit Rp180 Miliar, Tingkatkan Kegiatan Pembiayaan Konsumen
Untuk diketahui, aksi protes terjadi secara besar-besaran di China untuk mengecam pemerintah yang melakukan pembatasan ketat dalam penanganan COVID-19.
Para demonstran berpikir bahwa belum ada arah yang jelas untuk mengakhiri kebijakan nol COVID-19 sementara mereka sudah muak dengan pembatasan-pembatasan yang diberlakukan.
Selain itu, setelah sebelumnya risalah pertemuan The Fed mengindikasikan potensi perlambatan kenaikan suku bunga, namun ada lagi komentar dari pejabat bank sentra AS yang kembali menuturkan peluang untuk menaikkan Fed Fund Rate lebih tinggi.
Presiden The Fed St Louis James Bullard menuturkan bahwa pihaknya perlu menaikkan suku bunga sedikit lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi hingga mencapai target di kisaran 2% secara tahunan.
Baca Juga:
- Kenalkan Industri Migas Sejak Dini, Pekerja Pertamina di Palembang Tebar Inspirasi Untuk Siswa SD
- Dukung Percepatan Transformasi Digital, Smartfren Hadirkan Solusi Teknologi Terbaru di Sumsel
- Smartfren Regional Sumbagsel Lantik Barisan Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas
Ia bahkan mengatakan bahwa para pelaku pasar keuangan tampaknya meremehkan potensi para pembuat kebijakan untuk lebih agresif di tahun 2023 demi meredam inflasi.
"Kebijakan suku bunga tinggi The Fed untuk menekan turun inflasi AS memicu penguatan dolar AS," ujar Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 29 November 2022.
Dolar AS pun berpotensi tinggi untuk menekan rupiah karena menjelang akhir tahun, biasanya permintaan mata uang negeri Paman Sam itu meningkat karena adanya kebutuhan dari korporasi-korporasi untuk pembayaran utang.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah di kisaran Rp15.750-Rp15.780 perdolar AS.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 29 Nov 2022