GayaKito
Sering jadi Bahasan, ini 5 Perbedaan Antara Generasi Milenial dan Generasi Z di Tempat Kerja
JAKARTA – Eksistensi generasi milenial dan generasi Z sering menjadi pembahasan karena merupakan dua dari lima generasi berbeda di berbagai industri, manajer SDM dan perekrut memiliki pendekatan unik untuk menemukan dan mempertahankan talenta terbaik dari masing-masing generasi.
Generasi milenial dan generasi Z memiliki banyak kesamaan dalam cara mereka berkomunikasi, memanfaatkan teknologi, mengembangkan karier, serta dalam menerima umpan balik, pengakuan, dan memprioritaskan kesejahteraan.
Meski begitu, memahami faktor-faktor yang membuat mereka tetap terlibat dan berkembang di tempat kerja sangatlah penting, mengingat ada beberapa perbedaan di antara kedua generasi ini. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa yang dapat membuat kedua generasi ini tetap terlibat dan berkembang di tempat kerja.
Baca Juga:
- Ini Prakiraan Cuaca Palembang Senin, Simak Ya
- Wujudkan Listrik yang Berkeadilan, Donasi Insan PLN Terangi 3.725 Keluarga se-Indonesia Rangkaian Peringati HLN
- Simak 8 Negara Paling Tidak Sehat di Dunia
Dilansir dari Wellhub, berikut perbedaan milenial dan gen Z di tempat kerja:
Gaya Komunikasi
Salah satu kesamaan utama antara generasi Milenial dan generasi Z adalah preferensi mereka untuk berkomunikasi secara virtual dibandingkan secara langsung. Kedua generasi ini tumbuh dengan ponsel pintar.
Meski menghargai komunikasi secara langsung, mereka lebih suka berkomunikasi melalui pesan teks atau obrolan, media sosial, atau konferensi video dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang lebih suka percakapan tatap muka.
Bedanya, generasi Milenial merasa nyaman menggunakan banyak emoji dan singkatan dalam komunikasi mereka, sedangkan gen Z sering kali menggunakan lebih banyak bahasa gaul dan informal.
Preferensi Teknologi
Generasi milenial dan gen Z tumbuh di dunia digital dan memiliki pemahaman mendalam serta tingkat kenyamanan terhadap teknologi. Mereka menggunakan teknologi di tempat kerja untuk tetap terhubung, bekerja sama, dan meningkatkan produktivitas.
Namun, gen Z cenderung lebih sering mengonsumsi konten visual dibandingkan milenial. Berdasarkan sebuah studi, 61% generasi Z lebih memilih menonton video melalui ponsel daripada televisi. Sedangkan milenial masih mampu beradaptasi menggunakan berbagai teknologi yang tersedia sesuai kebutuhan.
Pengembangan Karier
Generasi Milenial dan gen Z cenderung lebih memprioritaskan pengembangan karier dan menghargai pembelajaran, pengembangan, dan kemajuan yang berkelanjutan di tempat kerja. Menurut survei, 29% milenial mengatakan, mereka memilih pekerjaan baru karena adanya kesempatan belajar dan pengembangan diri.
Generasi milenial cenderung lebih kolaboratif dan berorientasi pada tim, sedangkan gen Z lebih menghargai kemandirian dan pencapaian individu. Gen Z juga cenderung lebih mengutamakan untuk memulai bisnisnya sendiri daripada meniti jenjang karier di perusahaan.
Umpan Balik dan Pengakuan
Baik milenial maupun gen Z menghargai umpan balik (feedback) dan pengakuan di tempat kerja. Milenial umumnya menginginkan tinjauan kinerja yang terstruktur serta umpan balik yang bermakna dari atasan. Mereka ingin memahami cara meningkatkan kinerja dan produktivitas mereka.
Baca Juga:
- Target Harga Saham ANTM Alami Penyesuaian, Proyeksi Laba Antam 2024-2025 Naik
- Peringatan Hari Santri: UIN Raden Fatah Gelar Apel, Kenang Perjuangan Pertahankan Kemerdekaan RI
- Skandal Investree: Rugi Rp 9, 71 Miliar hingga Eks CEO Buron
Sedangkan gen Z menghargai umpan balik yang lebih sering dan informal. Dalam studi GenHQ, lebih dari 60% responden gen Z membutuhkan umpan balik dari manajer setidaknya sekali setiap beberapa minggu.
Work Life Balance
Generasi milenial dan gen Z memprioritaskan kesejahteraan dan keseimbangan kehidupan kerja. Milenial dan gen Z ingin bekerja untuk perusahaan yang juga memprioritaskan kesejahteraan mereka. Mereka menginginkan jadwal yang lebih fleksibel yang memungkinkan mereka mengambil cuti di momen tertentu.
Gen Z bahkan menghargai perusahaan yang berinvestasi dalam program kesejahteraan karyawan, seperti menawarkan kelas meditasi atau menyediakan akses ke layanan kesehatan mental. Karyawan ingin merasa diperhatikan. Karyawan cenderung akan bertahan dengan perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan mereka, seperti yang dilaporkan oleh Gallup.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 28 Oct 2024