IDCloudHost
Sabtu, 10 Juni 2023 11:08 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
Editor:Redaksi Wongkito
Wongkito, RIYADH - Arab Saudi menjadi tujuan para investor Tiongkok. Para investor dijadwalkan pertemuan yang menghadirkan pemerintah dan pelaku bisnis.
Adapun pertemuan diselengarakan dengan tujuan untuk mengeksplorasi peluang ekspansi dan penggalangan dana. Terlebih, saat ini hubungan diplomatik dua negara sedang menghangat.
Mengutip Reuters Sabtu, 10 Juni 2023, Arab Saudi akan menjadi tuan rumah Konferensi Bisnis Arab-China ke-10.
Perlu dicatat, konferensi ini merupakan forum pertama sejak kunjungan Presiden China Xi Jinping ke negara Teluk, yang digambarkan Beijing sebagai inisiatif diplomatik terbesar di dunia Arab.
Konferensi bisnis akan menarik sekitar 2.000 peserta dari Tiongkok Raya, yang akan menjadi salah satu delegasi bisnis terbesar di kawasan itu ke Arab Saudi.
Menurut informasi, konferensi ini akan membahas dan memperdalam kerja sama antara Riyadh dan Beijing dalam keamanan dan teknologi tinggi yang sensitif. Sebelumnya, hal ini telah menjadi perhatian utama AS.
Pertemuan para pebisnis akan dilaksanakan selama dua hari yakni pada Minggu dan Senin. Menariknya, acara diadakan setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Arab Saudi.
Pekan ini, Blinken mengunjungi Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (MBS) untuk memperbaiki hubungan yang rusak dengan negara yang menjadi sekutu terdekatnya di Timur Tengah.
Baca juga
Pertemuan antara ekonomi terbesar kedua di dunia dan raksasa energi Teluk itu terjadi ketika perlambatan ekonomi dan ketegangan geopolitik menjadi tantangan bagi banyak dana dan perusahaan China.
"Dari perspektif modal dan pasar baru, Timur Tengah, Arab Saudi adalah pilihan baru yang sangat bagus untuk perusahaan dan investor China," kata Henry Zhang, presiden firma ekuitas swasta Hermitage Capital yang berbasis di Hong Kong.
Zhang, yang akan melakukan perjalanan ke Riyadh dan menghadiri konferensi untuk pertama kalinya bersama dengan sejumlah perusahaan portofolio.
Ia berharap perjalanan tersebut dapat membantu investornya menjelajahi pasar lokal dan membantu dirinya sendiri memahami permintaan nyata investor Timur Tengah untuk dana China.
"Sejak akhir tahun lalu, sejumlah besar dana China mengalir ke Timur Tengah untuk mencari investor baru. Mengingat hal ini, yang harus kita pikirkan adalah apa yang diinginkan oleh calon investor dan bagaimana kita dapat membedakan diri kita sendiri," ujar Zhang
Di sisi lain, Arab Saudi yang merupakan pengekspor minyak mentah utama dunia dan ekonomi Arab terbesar diketahui berencana untuk memotong ketergantungan minyak.
Selain itu, dengan mengadakan kerjasama di berbagai bidang tampaknya dilakukan untuk memodernisasi Saudi dengan industri baru di bawah agenda ekonominya yakni Visi 2030 sambil memperdalam hubungan dengan Beijing.
Meski berlainan latar belakang, China dan Sudi bisa dikatakan sebagai mitra dekat. Sebagaimana diketahui, China adalah mitra dagang utama Arab Saudi secara global dengan perdagangan bilateral senilai US$87,3 miliar atau Rp12,9 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) pada tahun 2021.
Sementara itu, hubungan ekonomi keduanegara tetap dilabuhkan oleh kepentingan energi. Di sisi lain, hubungan bilateral telah berkembang di bawah dorongan infrastruktur dan teknologi yang terbaru.
Baca juga
Ilmuwa residen senior di Institut Negara Teluk Arab di Washington, Robert Mogielnick mengatakan bahwa salah satu alasan utama penguatan hubungan Saudi-Cina adalah negara Arab sedang mencari area pertumbuhan utama melalui kemitraan internasional.
"Perhitungannya di sini adalah banyak yang bisa diperoleh dari lebih banyak kerja sama dengan China," katanya.
Ia menambahkan, saat ini Perusahaan teknologi China telah membaca tulisan di dinding dan melihat agenda transformasi Saudi Vision 2030 sebagai undangan untuk keterlibatan komersial jangka panjang dengan pelanggan Saudi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 10 Jun 2023