Minggu, 25 Mei 2025 17:44 WIB
Penulis:Susilawati
Warga berolahraga di area lingkar luar Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Kamis, 16 Juli 2020 dengan tetap menggunakan masker. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
JAKARTA – Tren olahraga lari kian menjamur di kalangan masyarakat Indonesia. Dari komunitas lari di kota besar hingga maraton skala nasional, olahraga ini terus menunjukkan geliatnya.
Namun, di tengah antusiasme tersebut, muncul tantangan klasik: harga sepatu lari yang mahal. Untuk menjawab kebutuhan ini, sejumlah merek sepatu lokal hadir sebagai alternatif berkualitas dengan harga yang lebih ramah di kantong.
Tak bisa dimungkiri, sepatu lari merupakan elemen penting dalam menjaga kenyamanan dan performa pelari. Beruntung, Indonesia memiliki banyak merek lokal yang tak hanya bersaing dalam hal harga, tapi juga dalam teknologi, desain, dan daya tahan. Berikut adalah beberapa merek lokal yang layak dilirik oleh para pelari, dari pemula hingga profesional.
Kanky adalah merek sepatu lokal Indonesia yang didirikan pada tahun 2019 oleh Alfonsus Ivan Kurniadi di Bandung, Jawa Barat. Sebelum mendirikan Kanky, Alfonsus memiliki pengalaman lebih dari dua dekade sebagai distributor sepatu, termasuk bekerja di merek lokal Loggo. Pengalaman ini memberinya wawasan mendalam tentang industri sepatu dan mendorongnya untuk menciptakan merek sendiri yang mengedepankan kualitas dan keterjangkauan harga.
Kanky berkomitmen untuk memproduksi sepatu sepenuhnya di Indonesia, dengan pabrik yang berlokasi di Surabaya dan memberdayakan sekitar 300 pekerja lokal. Merek ini fokus pada pembuatan sepatu lari dan sneakers yang ringan, nyaman, dan stylish, dengan harga yang terjangkau, berkisar antara Rp200.000 hingga Rp400.000.
Didirikan pada 2010 oleh Hartono Wijaya di Bandung, 910 Nineten muncul sebagai salah satu pionir sepatu lari lokal dengan pendekatan teknologi yang mumpuni. Produk seperti Haze Vision 1.0 dan Geist Ekiden dilengkapi teknologi HyperWeb, Fuzzfoam+, dan Seamlock yang mendukung kenyamanan dan stabilitas berlari. Dengan harga mulai Rp300.000 hingga Rp800.000, sepatu ini menjadi favorit para pelari urban. Menariknya, beberapa desainnya terinspirasi dari motif tenun tradisional Indonesia.
League mungkin sudah tidak asing di telinga pencinta olahraga. Merek milik PT Berca Sportindo ini sudah hadir sejak 2004 di Jakarta. Sebelum fokus pada merek sendiri, League dikenal sebagai produsen sepatu untuk brand internasional. Kini, produk seperti Kumo 1.5 dan Legas Stamina mengusung teknologi Duaride dan Ziptech dengan kisaran harga Rp200.000–Rp800.000.
Didirikan pada 1986, Eagle merupakan nama lawas dalam dunia sepatu olahraga Indonesia. Setelah mengalami rebranding besar pada 2006, Eagle bangkit dengan produk-produk seperti Ecolight 2 dan Rush yang dilengkapi teknologi Stabilizer Support dan Tooling D-Max. Harga yang dibanderol pun bersahabat, mulai Rp200.000 hingga Rp600.000.
Piero berdiri sejak 1999 dan berada di bawah naungan PT Berca Retail Group. Sepatu seperti Jogger dan Rusher mengedepankan teknologi Motion Knit dan Super Natural Comfort (SNC). Merek asal Jakarta ini konsisten memadukan kenyamanan dan gaya dalam kisaran harga Rp200.000 hingga Rp500.000.
Meski baru didirikan pada 2018 oleh PT Vita Nova Atletik, Ortuseight langsung mencuri perhatian. Berbasis di Jakarta, merek ini hadir dengan desain futuristik dan teknologi seperti Ortflow dan Cumulus Foam. Seri Hyperblast Encore menjadi andalan mereka dengan harga mencapai Rp2 juta. Ortuseight membuktikan bahwa merek lokal bisa tampil premium.
Asal Pasuruan, Jawa Timur, Unerd merupakan merek baru yang menyasar segmen pemula. Berdiri sejak 2018, Unerd menghadirkan desain minimalis dengan teknologi seperti insole bersirkulasi udara. Produk seperti Sombra dan Valixir dijual dengan harga terjangkau, yakni Rp200.000 hingga Rp400.000.
Awalnya dikenal sebagai produsen sepatu kulit pria, Brodo melebarkan sayap ke lini aktif melalui Brodo Active. Didirikan oleh Yuka Harlanda dan Putera Dwi Karunia pada 2010 di Bandung, Brodo menghadirkan produk seperti Inizio yang mengusung desain sederhana dan ergonomis. Harganya berada di kisaran Rp500.000–Rp700.000.
Kodachi sebenarnya merupakan merek asal Jepang yang kemudian diproduksi di Indonesia sejak 1990-an, yang kemudian diakuisisi oleh perusahaan lokal. Produk seperti Kodachi 8116 kini kembali digemari berkat nuansa retro-nya. Dengan harga di bawah Rp150.000, Kodachi menjadi pilihan unik untuk pelari yang ingin tampil beda.
Mills dikenal sebagai sponsor resmi apparel Timnas Indonesia. Didirikan pada 2018 di Jakarta, Mills juga mengembangkan sepatu lari seperti Enermax Dynaplate dengan teknologi Engineered Aeromesh dan Aptive Foam. Harganya berkisar antara Rp349.000 hingga Rp649.000.
Specs, merek milik PT Panarub Industry yang berdiri sejak 1994, dikenal luas di dunia futsal. Namun, mereka juga memiliki lini sepatu lari seperti Sonic dan Rushfree yang mengusung teknologi TPU outsole dan Dual-layer foam. Harga berkisar Rp300.000–Rp500.000.
Dengan makin banyaknya merek lokal yang mampu bersaing dalam hal kualitas dan inovasi, pelari Indonesia tak perlu lagi bergantung pada merek luar negeri. Tak hanya menghemat biaya, mendukung produk lokal juga berarti turut memajukan industri dalam negeri. Di tengah tren hidup sehat, mari berlari lebih jauh bersama sepatu buatan anak bangsa.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 25 May 2025