Hoaks KLB Polio karena Vaksinasi, ini Faktanya

Kamis, 11 Januari 2024 06:56 WIB

Penulis:Nila Ertina

Hoaks KLB Polio karena Vaksinasi, ini Faktanya
Hoaks KLB Polio karena Vaksinasi, ini Faktanya (ist)

Sebuah akun facebook menyebarkan informasi yang mengeklaim bahwa kasus luar biasa (KLB) polio terjadi karena penularan dari anak yang sudah menerima vaksin ke anak yang belum divaksin sehingga dikaitkan dengan upaya pembunuhan.

Berikut in narasinya:

KASUS POLIO YANG DITEMUKAN DI JAWA ADALAH KASUS VDVP DARI VAKSIN TIPE 2 (cVDPV2). ARTINYA KASUS POLIO DI TULARKAN OLEH ANAK YANG SUDAH MENERIMA VAKSIN POLIO K ANAK YG SEHAT TIDAK VAKSIN. INI DATA WHO YANG MAU KALIAN TUTUPI??

Penjelasan oleh WHO: "Virus polio yang diturunkan dari vaksin adalah strain virus polio yang terdokumentasi dengan baik dan bermutasi dari strain aslinya yang terkandung dalam OPV (vaksin polio). OPV mengandung virus polio hidup yang dilemahkan yang bereplikasi di usus"
Kebohongan dan tindakan YANG DILAKUKAN WAKANDA DAN MENUTUPI FAKTA INI . Hal ini sangat membahayakan anak-anak dan berpotensi menimbulkan pemVunuhan jika ada di antara anak-anak tersebut yang meninggal.EMAK2 VANGSATT MAU LO DUSTAI DATA WHO PENYEBAB POLIO ADALAH DITULARKAN DARI ANAK YG D VAKSIN POLIO??? LO CEK AJA LANGSUNG D LINK RESMI WHO

Baca Juga:

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, ada yang perlu diluruskan dari narasi tersebut.
Informasi soal KLB polio terjadi karena penularan dari anak penerima vaksin ke anak yang belum divaksin, disebarkan oleh akun Facebook ini pada Sabtu (6/1/2024)

Pengunggah lantas menyertakan tautan dari situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal kasus polio yang terdeteksi dari virus polio tipe 2 yang diturunkan dari vaksin (cVDPV2) pada 17 Maret 2023.
Terdapat pula tangkapan layar situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jumat (5/1/2024).

Hasil Cek Fakta

Virus polio memiliki tiga strain, yakni strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansing), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae.

Dikutip dari situs Kemenkes, virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin atau sabin, virus polio liar atau Wild Poliovirus (WPV), dan Vaccine Derived Poliovirus (VDPV).
Adapun VDPV diklasifikasikan dalam tiga kategori, yakni Immunodeficient-related VDPV (iVDPV), Circulating VDPV (cVDPV), dan Ambiguous VDPV (aVDPV). iVDPV berasal dari pasien imunodefisiensi. Kemudian kategori cVDPV ketika ada bukti transmisi penularan dari orang ke orang.

Sementara aVDPV apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai cVDPV atau iVDPV.

Rilis WHO yang disertakan dalam tangkapan layar membahas soal kasus polio cVDPV2 yang ditemukan pada anak perempuan berusia 4 tahun di Purwakarta, Jawa Barat, 17 Maret 2023.

Anak perempuan tersebut belum pernah menerima dosis vaksin virus polio oral atau oral poliovirus vaccine (OPV) atau vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV) sebelumnya.

Dalam rilisnya, WHO sekaligus menjelaskan soal semakin rendah imunitas penduduk, maka semakin lama virus ini bertahan dan semakin banyak pula perubahan genetik yang dialami.

Ada kasus yang sangat jarang terjadi ketika vaksin secara genetik dapat berubah menjadi bentuk yang dapat menyebabkan kelumpuhan seperti halnya virus polio liar.

Kadang ketika berkembang biak di saluran pencernaan, strain OPV berubah secara genetik dan dapat menyebar di komunitas yang tidak menerima vaksinasi polio sepenuhnya, terutama daerah dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk atau padat penduduk.

WHO mengatakan, terdeteksinya cVDPV menjadi tanda pentingnya mempertahankan tingkat cakupan vaksinasi rutin.

Vaksinasi mampu meminimalkan risiko dan konsekuensi dari peredaran virus polio, serta perlunya memastikan pengawasan yang berkualitas untuk deteksi dini virus polio.

Di sisi lain, kasus yang belakangan terjadi ditemukan di Jawa Tengah pada Desember 2023 dan Jawa Timur pada Januari 2024. Kemenkes mencatat, kedua kasus terjadi akibat virus polio tipe 2.
Cakupan imunisasi yang rendah menjadi salah satu penyebab masih adanya penularan polio pada anak di Indonesia.

Virus polio umumnya masuk melalui mulut akibat tertelannya makanan atau air yang terkontaminasi.
Sebagai pencegahan, Pelaksana Harian Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Lily Banonah menyarankan masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih sehat.

Perilaku hidup sehat antara lain, buang air besar di jamban dengan tangki septik, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.

"Polio merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Virus polio dapat menular melalui air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus polio," kata Lily, pada Jumat (5/1/2024), dilansir Harian Kompas.

Baca Juga:

Sebagai konteks, virus polio merupakan virus yang telah lama ada.Dikutip dari Britannica, virus polio telah ada sejak zaman prasejarah. Setidaknya tercatat sejak zaman Mesir Kuno atau sekitar 1570-1342 Sebelum Masehi.

Sebelumnya, polio merupakan penyakit yang sangat menular yang menyerang anak-anak. Virus polio menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan tulang belakang dan pernapasan. Dalam beberapa kasus, virus polio juga menyebabkan kematian. Menurut WHO, pemberian vaksin terbukti menurunkan angka polio dari tahun ke tahun.

Kesimpulan

Narasi bahwa polio ditularkan dari anak yang sudah menerima vaksin ke anak yang belum divaksin perlu diluruskan karena mengandung informasi menyesatkan.

Dalam rilis WHO, kasus di Purwakarta, Jawa Barat, pada 17 Maret 2023, pasien belum pernah menerima vaksin polio sebelumnya. Vaksin tidak dapat menyebabkan penularan virus polio, tetapi justru mencegahnya.(cekfakta.com)


Rujukan
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02T8uKJLLdiqPiyyEZ4MvbPMw4QJAH5c6rEa6qmbdsrHmT3kZ22Wwaf5pX3CPUjdaVl&id=100083826821322

https://ghostarchive.org/archive/99LPH

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-penyakit-virus-polio-9

https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON458

https://www.kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/temukan-kasus-lumpuh-layu-akut-akibat-virus-polio

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/01/05/total-tiga-kasus-polio-dilaporkan-dua-di-jawa-timur-dan-satu-di-jawa-tengah

https://www.britannica.com/science/polio/Polio-through-history

https://www.who.int/news-room/spotlight/history-of-vaccination/history-of-polio-vaccination

https://t.me/kompascomupdate