Hoaks: Mantan Ketua AJI Indonesia Diskreditkan Bocor Alus Politik Tempo

Jumat, 21 Maret 2025 07:07 WIB

Penulis:Nila Ertina

Hoaks: Mantan Ketua AJI Indonesia Diskreditkan Bocor Alus Politik Tempo
Hoaks: Mantan Ketua AJI Indonesia Diskreditkan Bocor Alus Politik Tempo (ist)

Di media sosial X (dulu Twitter), muncul sejumlah unggahan mendiskreditkan program siniar Bocor Alus Politik dan Tempo sebagai media yang menaunginya. Unggahan tersebut muncul hampir pada hari yang sama dengan terjadinya teror yang diterima salah seorang jurnalis yang terlibat program itu.

Ada tiga unggahan di X pada Kamis (20/3/2025) pada waktu yang hampir bersamaan dan berurutan, yaitu pada pukul 05.38 WIB, pukul 05.39 WIB, dan pukul 05.42 WIB. Ketiganya diunggah oleh akun yang sama, yaitu @Elvianadwirizki.

"Bocor Alus Tempo didukung oleh dana Dari MDIF George Soros. Segera Blokir Bocor Alus Tempo. Haris Azhar, Lokataru Fondation,” bunyi tulisan pada poster yang diunggah pada pukul 05.38 WIB. Tulisan itu seolah-olah merupakan pernyataan dari pendiri Lokataru Foundation, Haris Azhar.

Unggahan kedua muncul pada pukul 05.39 WIB berupa poster yang memuat foto dua orang, yaitu Redaktur Pelaksana Politik dan Hukum Tempo Stefanus Pramono yang biasa menjadi host siniar Bocor Alus Politik dan mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sasmito Madrim. Dalam poster itu, terdapat tulisan yang berbunyi “Tempo Mendukung Pemecatan Sasmito Madrim Dari media VOA Indonesia.”

Sedangkan unggahan ketiga muncul pada pukul 05.42 WIB juga berupa poster dengan isi berbeda. Pembuatnya memasang foto Sasmito Madrim dengan sebuah tulisan yang seolah-olah merupakan pernyataannya tentang Bocor Alus. “Bocor alus program disintegrasi bangsa. Sasmito Madrim (Mantan Ketua Aji).”

Hasil Cek Fakta

Ketiga unggahan ini memuat klaim yang senada, yaitu sama mendiskreditkan program Bocor Alus Tempo. Pertama, Haris Azhar dinarasikan mempersoalkan program siniar tersebut karena menerima investasi Media Development Investment Fund (MDIF) George Soros.

Kedua, Tempo dinarasikan mendukung pemecatan Sasmito Madrim sebagai jurnalis Voice of America (VOA) Indonesia.

Ketiga, Sasmito dinarasikan menyatakan Bocor Alus sebagai program yang memicu disintegrasi bangsa.

1. Tempo dinarasikan mendukung pemecatan Sasmito dari VOA Indonesia

Narasi ini juga tidak sesuai fakta. Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Solopos, tidak ada jejak digital pemberitaan konten dari Tempo yang menyatakan dukungan terhadap pemecatan Sasmito dari VOA.

Selain itu, tidak ada pula pernyataan awak redaksi atau pimpinan media tersebut terkait kasus ketenagakerjaan Sasmito di VOA.

Sasmito sedang menggugat VOA Indonesia atas pemutusan hubungan kerja pada 19 Februari 2025. Menurut Divisi Ketenagakerjaan AJI Jakarta dan Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers), VOA Indonesia tidak memberikan pesangon serta hak-hak hukum lainnya. Hak tersebut termasuk tunjangan hari raya keagamaan, asuransi kesehatan, dan asuransi ketenagakerjaan, yang tidak diberikan selama enam tahun jurnalis tersebut bekerja di sana.

Kasus tersebut memantik solidaritas dari sejumlah organisasi, antara lain Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), AJI, dan Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi (Sindikasi). Ketiganya mengutuk pemecatan itu.

2. Sasmito dinarasikan menyebut Bocor Alus memecah belah bangsa

Terkait narasi ini, Sasmito memastikan tidak pernah menyebut “program Bocor Alus adalah konten yang dapat memecah belah bangsa” seperti kutipan dalam unggahan di X tersebut. Dia menyebut konten tersebut tidak sesuai fakta.

“Itu jelas konten yang tidak sesuai fakta. Saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu. Konten bocor alus itu produk jurnalistik yang dihasilkan dengan kaidah jurnalistik. Dampaknya, saya terus terang baru tahu [informasi di medsos X] itu beberapa saat lalu. Tentu ini khawatirnya membuat informasi yang keliru [di publik],” kata Sasmito melalui wawancara dengan tim Koalisi Cek Fakta, Kamis, 20  Maret 2025.

Dia khawatir orang akan menganggap isi konten di media sosial itu dipercaya masyarakat dan menjadi upaya adu domba. Dia juga khawatir narasi ini memperkeruh situasi masyarakat.

“Kalau dengan kawan-kawan Tempo, saya yakin mereka paham [bahwa itu bukan pernyataan saya]. Tetapi orang yang tidak kenal saya, bisa jadi memandang Bocor Alus itu [seperti narasi seolah] pernyataan saya dan menganggap Tempo adalah media yang memecah belah publik,” kata dia.

Ini bukan kali pertama Sasmito menjadi sasaran disinformasi. Pada 24 Februari 2024, Sasmito yang saat itu menjabat sebagai Ketua AJI Indonesia muncul dalam poster di media sosial dengan tiga narasi.

Pertama, Sasmito seolah mendukung pemerintah membubarkan Front Pembela Islam (FPI).

Kedua, Sasmito dinarasikan seolah mendukung pemerintah membangun Bendungan Bener di Purworejo.

Ketiga, Sasmito dinarasikan meminta Polri menangkap Haris Azhar dan Koordinator Kontras periode 2020-2023, Fatia Maulidiyanti.

Sasmito saat itu juga menyatakan ketiga pernyataan tersebut adalah palsu atau tidak pernah dia ucapkan. Dia menyebut AJI adalah organisasi yang mendukung dan turut berjuang untuk kebebasan berkumpul dan berpendapat, kebebasan berekspresi, dan hak warga untuk mendapatkan informasi.

Selain menjadi korban disinformasi, Sasmito Madrim juga pernah mengalami serangan digital. Pada 23 Februari 2022, dia menjadi korban peretasan akun Whatsapp, Instagram, Facebook, dan nomor ponsel, serta serangan disinformasi.

3. Narasi Haris Azhar menyoal dana dari MDIF

Tidak pernah ada pernyataan pendiri Lokataru tersebut tentang Bocor Alus kepada media massa. Selain itu, tidak pernah ada jejak digital mantan Koordinator Kontras tersebut meminta Bocor Alus dibubarkan karena mendapat dana MDIF.

Terkait isu dana dari MDIF, Tempo pernah membuat klarifikasi melalui pemberitaan berjudul Fakta-fakta Investasi MDIF ke Tempo pada 3 Maret 2025. Tempo menyebut MDIF memang berinvestasi ke PT Info Media Digital (IMD), anak usaha Tempo di bidang digital pada Juli 2024, tetapi tidak ada perubahan kepemilikan di perusahaan media tersebut.

Kesimpulan

George Soros memang menjadi investor pertama MDIF pada 1995. Namun setelah itu, MDIF telah berkembang sebagai organisasi dan mendapatkan pendanaan dari puluhan lembaga donor.(*)