Jumat, 26 Februari 2021 18:20 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA, WongKito.co – Sampai kini, sejak tahun lalu marak bermunculan hotel-hotel yang dijual di situs-situs marketplace. Fenomena ini masih berlangsung hingga sekarang, bahkan per 24 Februari 2021 Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan juga.
Pantauan TrenAsia.com, jaringan WongKito.co penjualan hotel ini berada di berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, dan lain-lain. Juli tahun lalu, TrenAsia.com juga sempat mencatat ada 47 hotel di Bali yang dijual murah.
Per 24 Februari 2021, bahkan menemukan Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan yang dijual di situs marketplace properti. Terdapat beberapa listing yang menjual hotel bintang lima tersebut dengan harga mulai dari Rp2,5 triliun sampai Rp3 triliun.
Tercatat, ada 2.002 iklan hotel dijual di seluruh Indonesia di situs lamudi.co.id. Lalu, ada 1.759 iklan hotel di situs olx.co.id dan 1.516 iklan hotel di situs 99.co. Meski begitu, tidak ada satu pun iklan hotel dijual yang terverifikasi di situs 99.co.
“Penawaran di internet untuk hotel mayoritas hoaks,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani ketika dikonfirmasi, Kamis, 25 Februari 2021.
Meski begitu, dirinya tidak menampik banyak hotel yang tutup tahun lalu. “Sudah banyak hotel yang tutup karena tidak bisa menutupi biaya operasional,” ujarnya dalam lain kesempatan.
Survei PHRI sendiri menunjukkan sudah ada 1.030 hotel yang tutup permanen hingga Oktober 2020. Sementara itu, ada juga 400 hotel yang tutup sementara.
Terpukul Pandemi
Hariyadi mengatakan bisnis hotel memang sedang mengalami tekanan berat selama pandemi. Hal ini terlihat dari tingkat keterisian hotel yang anjlok menjadi 30% di 2020 dari yang biasanya lebih dari 50%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat okupansi hotel Indonesia mulai turun pada Maret 2020, bulan yang sama Indonesia mengumumkan kasus COVID-19 pertamanya. Di bulan itu, tingkat keterisian hotel hanya sebesar 32,24%, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 49,22%.
Tingkat keterisian terparah terjadi di April 2020. Saat itu, tingkat keterisian hanya menyentuh 12,67%. Ini merupakan tingkat keterisian hotel terparah sejak BPS pertama kali melakukan pencatatan ini di tahun 2008.
Pada bulan Mei 2020, tingkat keterisian naik sedikit menjadi 14,45%. Bulan ini memang menjadi low season karena juga bulan Ramadan. Meski begitu, angka ini anjlok jauh jika dibandingkan dengan bulan Ramadan tahun sebelumnya yang memiliki tingkat keterisian 43,53%.
Dalam kesempatan lain, Hariyadi menyebut industri perhotelan kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp50 triliun. “Kami perkirakan tahun 2020 kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp50 triliun untuk sekitar 800.000 kamar,” ujarnya.