Sabtu, 27 Desember 2025 19:33 WIB
Penulis:Nila Ertina

PALEMBANG, WongKito.co — Dewan Kesenian Palembang (DKP) menyelenggarakan Konser Amal Doa, Donasi, dan Aksi Seni di Kambang Iwak Park, diiringi lantunan musik, pembacaan puisi, dan hiruk pikuk penggalangan donasi, sebuah kanvas putih perlahan berubah menjadi pusat perhatian Sabtu (27/12/2025).
Pelukis Palembang Maradona menampilkan aksi melukis on the spot sebuah pertunjukan seni rupa langsung di ruang publik yang menyatu dengan denyut empati untuk korban banjir dan bencana alam di Sumatera.
Berbeda dari pameran di galeri tertutup, Maradona memilih sudut taman yang terbuka. Kanvas diletakkan sederhana, cat dan kuas tersusun di tanah, sementara lampu taman dan pantulan air kolam Kambang Iwak menjadi pencahayaan alami. Sejak sapuan pertama, pengunjung mulai berkumpul. Mereka tidak hanya menonton hasil akhir, tetapi juga menyaksikan proses—bagaimana sebuah peristiwa sosial diterjemahkan menjadi visual.
Baca Juga:
Objek lukisan yang dipilih Maradona adalah lanskap Kambang Iwak, lengkung pepohonan, permukaan air yang memantulkan cahaya, siluet manusia yang lalu-lalang, serta atmosfer malam yang hangat. Namun lebih dari sekadar pemandangan, lukisan itu merekam situasi batin kolektif—ketika doa dipanjatkan, donasi dikumpulkan, dan seni bekerja sebagai solidaritas.
“Melukis langsung di tempat seperti ini membuat emosi publik ikut masuk ke kanvas. Ada energi kebersamaan yang tidak bisa diulang di studio,” ungkap Maradona.
Beberapa pengunjung tampak berdiskusi dengannya, sebagian lain merekam dengan ponsel, sementara anak-anak duduk bersila menyaksikan kuas bergerak perlahan.
Aksi melukis on the spot ini menjadi penanda penting konser amal yang digagas Dewan Kesenian Palembang. Ketua DKP Muhamad Nasir menyebut bahwa kehadiran seni rupa di ruang terbuka memperluas makna konser.
“Kalau musik dan puisi menyentuh telinga dan rasa, lukisan ini menyentuh mata dan ingatan. Ia menjadi arsip visual empati,” ujarnya.
Konser amal tersebut dibuka oleh tokoh pemuda Palembang Suparman Roman, yang juga pernah memimpin DKP. Hadir pula Pembina DKP Singgih Winarto, Ketua Gong Sriwijaya Cheirman, Ketua Kerukunan Keluarga Pedangdut Palembang (KKPP) Kgs M Riduan, perwakilan komunitas Kobar 9 Ali Goik, serta Beng Beng, Gubernur IBF Sumsel.
Sepanjang acara, panggung cair Kambang Iwak juga diisi pembacaan puisi oleh Anto Narasoma, Tarech Rasyid, dan Heri Mastari. Puisi Tarech Rasyid tentang banjir dan longsor 2025 menjadi salah satu momen paling kuat, dengan kritik tajam terhadap kerusakan hutan dan cara pandang antroposentris.
Baca Juga:
Dongeng kemanusiaan oleh Mas Inug, musik akustik Zulfikri dan Alila Najwa, tari dari Sanggar Kharisma, serta atraksi atlet dansa Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI) melengkapi suasana.
Namun, aksi melukis Maradona memberi dimensi berbeda. Ketika pertunjukan lain berakhir bersama waktu, lukisan itu tinggal—menjadi jejak visual dari sebuah peristiwa sosial. Banyak pengunjung menyebutnya sebagai “saksi bisu” konser amal: diam, tetapi berbicara panjang tentang kepedulian.
Pada hari kedua, Minggu (28/12/2025), konser berlanjut dengan penampilan Gong Sriwijaya, KPJ, Randi Batanghari 9, dan Rejung Pesirah, serta puisi Vebri Al Lintani dan Anwar Puta Bayu, dongeng dan puisi Maritza Yozza Sandrina, hingga hiburan Studio 12, Tanjack Kultur, Bucu Band, RMK, dan Iwan KPJ. Namun lukisan yang telah rampung tetap menjadi magnet pengunjung kembali mendekat, mengamati detail, dan berfoto.(ril)