Meneropong Jejak Bisnis Alfamart di Luar Negeri

Sabtu, 04 Oktober 2025 15:57 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

1654249675152.webp
Nampak pembeli tengah berbelanja di sebuah gerai waralaba di kawasan Tangerang. (TrenAsia/Panji Asmoro)

JAKARTA, WongKito.co - Jika dulu nama Alfamart identik dengan minimarket berlogo merah-kuning di berbagai sudut kota Indonesia, kini brand ritel ini perlahan mengukir jejak di kancah internasional. 

Tak hanya melayani kebutuhan harian masyarakat Indonesia, Alfamart telah berhasil menancapkan kukunya di Filipina dengan jumlah gerai yang bahkan melebihi sebagian jaringan ritel lokal.

Masuk pertama kali pada tahun 2014, Alfamart tidak berjalan sendirian. Perusahaan menggandeng SM Investments Corporation (SM Group), salah satu konglomerasi terbesar di Filipina, melalui skema joint venture 50:50. 

Sinergi ini terbukti ampuh, dalam satu dekade, Alfamart tumbuh menjadi jaringan minimarket dengan lebih dari 2.400 gerai tersebar di berbagai wilayah, terutama di Luzon.

"Sekarang Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) itu tidak hanya ekspor barangnya, tapi tokonya juga diekspor. Jadi Aprindo sudah mempunyai banyak toko di Filipina, ada 2.400 toko di Filipina ya," jelas Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso, kala acara Peluncuran Hari Ritel Nasional di Auditorium Kemendag, Jakarta, Kamis,17 Juli 2025.

Kehadiran Alfamart dianggap mampu menjangkau area perumahan dan komunitas yang selama ini belum banyak tersentuh jaringan ritel modern besar. Dengan format toko yang efisien, Alfamart sukses merebut hati konsumen kelas menengah dan masyarakat di daerah suburban Filipina.

Perpaduan Produk Lokal dan Indonesia

Strategi Alfamart di Filipina bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan juga jembatan dagang antar-negara. Di rak-rak minimarket, konsumen bisa menemukan kombinasi produk lokal Filipina dengan berbagai merek populer asal Indonesia.

Mie instan Indomie, minuman Teh Botol, kopi instan Kopiko, hingga jamu Tolak Angin menjadi favorit yang laris manis di pasar Filipina. Pendekatan ini tak hanya memperkuat posisi Alfamart di sana, tetapi juga membuka pintu bagi produk UMKM dan brand Indonesia untuk dikenal lebih luas.

Untuk mendukung operasionalnya, Alfamart telah membangun sedikitnya empat pusat distribusi di Filipina. Rantai pasok yang solid ini memastikan ketersediaan produk tetap stabil, meski menghadapi tantangan logistik di negara kepulauan.

Kesuksesan di Filipina mendorong Alfamart semakin percaya diri merambah pasar global. Tahun 2025, perusahaan menargetkan membuka 200 gerai baru di Luzon. Tak berhenti di situ, Alfamart juga sedang mempersiapkan ekspansi ke Bangladesh dan menjajaki peluang di Malaysia.

"Memang kita mulai waktu itu dari Filipina. Dan kita sudah mulai masuk mulanya ke Filipina, bahkan kemarin dijajaki dengan Bangladesh dan Malaysia," jelas Budi. Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah Indonesia mendorong ekspor jasa ritel, yang sekaligus menjadi kanal distribusi bagi produk nasional ke pasar internasional.

Dengan basis kuat lebih dari 18 ribu gerai domestik, Alfamart kini menjadi contoh bagaimana perusahaan ritel Indonesia bisa go global. Model kemitraan, kemampuan adaptasi terhadap pasar lokal, dan keberanian membawa produk dalam negeri ke luar negeri menjadikan Alfamart sebagai pionir ekspor jasa ritel Indonesia.

Jika ekspansi ke Bangladesh dan Malaysia berjalan sukses, bukan tidak mungkin Alfamart akan menjadi pemain ritel regional yang menyaingi jaringan global lain, sekaligus menjadi etalase bagi produk-produk asli Indonesia di kancah dunia.

Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com, jejaring media WongKito.co, pada 3 Oktober 2025.