Mengulik Cuan ala Warga Binaan Perempuan, "Sulap" Sayur Hidroponik jadi Biskuit

Selasa, 08 November 2022 20:28 WIB

Penulis:Nila Ertina

Warga binaan Lapas Perempuan Palembang, Yeni (37) didampingi Kasi kegiatan kerja lapas Perempuan kelas IIA Palembang, Assetia chodijah Tusholiha dan Sr. Spv CSR & SMEPP Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, Agustina Mandayati ketika proses pembuatan biskuit sayuran
Warga binaan Lapas Perempuan Palembang, Yeni (37) didampingi Kasi kegiatan kerja lapas Perempuan kelas IIA Palembang, Assetia chodijah Tusholiha dan Sr. Spv CSR & SMEPP Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, Agustina Mandayati ketika proses pembuatan biskuit sayuran (WongKito.co/Susila)

PALEMBANG, WongKito.co, - Berbicara tentang Lembaga Pemasyarakatan tentunya kata itu tak asing bagi kita mendengarnya. Sama halnya dengan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Palembang (LPP) Kelas II A Kota Palembang yang saat ini dihuni sekitar 576 orang ditambah 3 orang bayi.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk memberdayakan Warga Binaan Perempuan (WBP) LPP Kelas II A Kota Palembang, dengan memberikan pelatihan agar mereka nantinya bisa mandiri setelah nantinya kembali ke masyarakat.

Kasi Kegiatan Kerja Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang, Assetia chodijah Tusholiha di Palembang, mengatakan berbagai pelatihan diberikan kepada warga binaan di Lapas Perempuan tersebut.

Budidaya sayuran hidroponik dan produk olahannya yang nanti bisa menghasilkan pendapatan bagi warga binaan tersebut, menjadi salah satu pelatihan keterampilan di Lapas tersebut. Dari hasil budidaya hidroponik, para WBP berhasil menyulap sayuran hidroponik menjadi produk olahan yakni biskuit sayuran melalui Le Panile Bakery, ujarnya.

Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui program Gerakan Wanita Tanam Sayuran (GERTAS).

Baca Juga:

Ia menuturkan, warga binaan yang mengikuti kegiatan tersebut tentunya mereka yang sudah masuk kriteria penilaian sehingga mereka bisa beraktivitas di luar.

Penanaman sayuran dengan sistem hidroponik ini mulai dari penyemaian yang tergantung dengan tanaman yang disemaikan, kalau untuk tanaman kangkung tentunya umurnya lebih cepat panennya hanya membutuhkan waktu sekitar tiga Minggu.

Jadi, untuk tanaman sayur ini ada yang diolah menjadi biskuit jadi sayurnya tanam sendiri dan untuk biskuit ini menggunakan tanaman sayuran bayam merah. Hasilnya, sayuran hidroponik ini ada yang dijual kepada pegawai lapas dan masyakarat umum juga.

Selain tanam sayur hidroponik, juga ada produk olahan yakni biskuit dengan menggunakan tanaman sayur bayam merah yang juga dilakukan oleh warga binaan yang tentunya sudah sesuai kriteria. Beragam kegiatan yang dilaksanakan itu tentunya bisa menambah pendapatan bagi warga binaan di lapas Perempuan Palembang, karena mereka mendapatkan upah.

Biskuit sayuran, dijual dengan harga Rp 5 ribu untuk satu buah dan untuk paket besar Rp 50 ribu. Bagi yang ingin memesan biskuit sayuran juga bisa, tinggal datang ke toko kue yang berada di bagian depan Lapas, katanya.


Penuhi Kebutuhan sehari-hari

Salah seorang warga Lapas Perempuan Palembang, Yeni (37) mengatakan, sebelum terlibat memroduksi biskuit sayuran bersama teman-teman lain, terlebih dahulu mendapat pelatihan.

"Kami mendapatkan pelatihan dan kebetulan pernah bekerja di toko roti. Berbekal pengalaman yang ada dan pelatihan yang diikuti kini bisa membuat biskuit dari sayuran bayam merah tersebut," tuturnya.

Ia mengatakan, sangat senang bisa ikut terlibat membuat biskuit bayam, karena bisa melakukan kegiatan bermanfaat dan juga dapat menghasilkan uang dan waktu tidak terasa, sedangkan kalau di dalam kamar rasanya waktu cukup panjang dalam menghabiskan satu hari saja dalam menjalani masa hukuman. Kegiatan ini, membuat waktu tidak terasa lama karena sering berinteraksi dengan banyak orang," ujarnya.

Apalagi, upah dari bekerja membuat kue dan roti tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama menjalani masa hukuman. Jadi, bisa untuk membeli sabun, shampo dan kebutuhan lainnya di koperasi.

Mengenai berapa upah yang diterima dari bekerja tersebut ia menuturkan, tergantung dengan omzet yang diperoleh dari penjualan biskuit tersebut.

Baca Juga:

Jadi, dengan bekerja membuat kue dan roti tentunya merupakan pengalaman sangat berharga dan bermanfaat, karena bisa membuka peluang usaha dan tentunya bisa menjadi modal di masa depan saat keluar dari Lapas Perempuan nantinya, ujarnya pula.

Sementara Assetia chodijah Tusholiha juga mengatakan, pihaknya tentunya sangat berterima kasih kepada pihak Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui Integrated Terminal Palembang dengan bantuan yang diberikan, karena sangat dibutuhkan untuk kemajuan kegiatan kemandirian Tataboga khususnya di bidang bakery yang ada di Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang Kemenkumham Sumsel.

Melalui kegiatan itu diharapkan para WBP lebih percaya diri saat bersosialisasi dengan masyarakat luas ketika ke luar dari LPP Kelas II A Kota Palembang dan menjadi peluang usaha sehingga mereka tidak terjerumus lagi dalam lingkaran kriminalitas.

Ia juga berharap, kepada perusahaan minyak itu ke depannya tetap memberikan dukungan dan melakukan kegiatan bermanfaat bagi warga binaan sehingga setelah keluar bisa membuka usaha.

Assetia mengungkapkan sangat berharap hubungan baik antara PT Pertamina dan Lapas Perempuan Palembang Kemenkumham Sumsel terus terjalin.

Sementara itu, Sr. Spv CSR & SMEPP Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, Agustina Mandayati menuturkan bantuan yang diberikan tersebut merupakan
salah satu program tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan kepada masyarakat atau CSR perusahaan.

Pertamina Patra Niaga Sumbagsel melalui Integrated Terminal Palembang melakukan program Gerakan Wanita Tanam Sayuran (GERTAS) dengan penerima manfaat teman-teman warga binaan perempuan di LPP Kelas II A Kota Palembang.

"Intinya program Gerakan Wanita Tanam Sayuran (GERTAS) mendukung program pemerintah, dimana awalnya membina tim PKK yang ada di Mariana, Kabupaten Banyuasin yang merupakan ring satu depot LPG Pulau layang," kata Agustina.

Selanjutnya pada tahun 2020 mulai dilakukan di Lapas Perempuan Palembang untuk budidaya hidroponik dan baru pada tahun 2022 dilanjutkan dengan produk-produk olahan, seperti biskuit sayuran.

Tidak sebatas sarana dan prasarana hidroponik saja, tetapi Pertamina juga menyediakan sarana prasarana bakery berupa oven dan mesin pengembang adonan untuk mendukung program ini, ujarnya.

"Tentunya kita mengharapkan peningkatan ekonomi bagi warga binaan, karena mereka mendapatkan upah", tuturnya pula.

Agustina menambahkan pihaknya juga membantu pemasaran dengan mengikut sertakan produk-produk yang dihasilkan di berbagai pameran dengan harapan produk tersebut dapat dikenal masyarakat lebih luas lagi, tambahnya.

Sementara total dana CSR untuk wilayah Sumbagsel pada tahun 2022 sebesar Rp 4 miliar, sedangkan pada tahun lalu Rp 2 miliar, karena pada tahun ini sudah mulai banyak aktivitas masyarakat, jelasnya.

Sebelumnya, Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan program ini bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada para warga binaan selama berada di Lapas sehingga saat mereka keluar, mereka telah memiliki ketrampilan yang dapat dikembangkan dan dapat menjadi salah satu peluang usaha bagi mereka.

"Program Gerakan Wanita Tanam Sayuran ini memiliki fokus pada budidaya sayuran hidroponik dan produk olahannya. Melalui program ini, sebanyak 15 warga binaan telah memiliki kemampuan budidaya sayuran hidroponik. Dari hasil budidaya hidroponik, para WBP berhasil menyulap sayuran hidroponik menjadi biskuit sayuran melalui Le Panile Bakery," ujar Nikho.

Program ini merupakan salah satu wujud kepedulian Pertamina terhadap para perempuan khusus para warga binaan perempuan. Bantuan yang diberikan yaitu instalasi hidroponik, sarana dan prasarana bakery, serta pelatihan-pelatihan.

Slogan program ini yaitu Wanita Berdaya, Masyarakat Sejahtera di harapkan kaum perempuan juga dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.

Apabila mengacu pada pembangunan berkelanjutan atau SDG’s, program Gertas mendukung tujuan ke-2 pada indikator ke 2.4.1 yaitu mendukung dalam penetapan kawasan pertanian berkelanjutan.(Susilawati)