Ragam
Sumsel Kembali Alami Deflasi pada Oktober 2022
PALEMBANG, WongKito.co, - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Oktober 2022 mengalami deflasi sebesar -0,10% (mtm), berbeda dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 1,26% (mtm).
Perkembangan ini terutama bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan realisasi deflasi sebesar -1,35% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK Oktober 2022 tercatat sebesar 6,51% (yoy), sementara inflasi nasional dan regional Sumatera masing-masing tercatat sebesar 5,71% (yoy) dan 6,40% (yoy), dalam rilis yang disampaikan Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Nurcahyo Heru Prasetyo.
Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar -1,35% (mtm) dengan andil sebesar -0,41% (mtm). Deflasi pada kelompok ini tercatat deflasi lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar -0,43% (mtm).
Baca Juga :
- Hoax: TikTok Bagikan Cek Tunai Rp 75 Juta
- Produksi Rumput Laut 9,6 Juta Ton, Menteri Trenggono Lakukan Hal ini
- Dorong Kontribusi ESG, Kuartal III-2022 Bank Mandiri (BMRI) Salurkan Rp221,1 Triliun Kredit ke Sektor Berkelanjutan
Deflasi didorong oleh penurunan harga pada beberapa komoditas subkelompok makanan, minuman dan tembakau yaitu cabai merah dengan andil -0,33% (mtm), telur ayam ras dengan andil -0,098% (mtm), daging ayam ras dengan andil -0,066%, cabai rawit dengan andil -0,029% (mtm) dan bawang merah dengan andil -0,03% (mtm).
Penurunan harga pada cabai merah, cabai rawit dan bawang merah terutama didorong oleh adanya peningkatan pasokan seiring dengan masih berlangsungnya musim panen di daerah sentra produksi. Sedangkan penurunan harga telur ayam ras disebabkan oleh peningkatan produksi didukung dengan permintaan yang relatif stabil serta adanya penyesuaian harga pakan ternak berupa jagung yang memasuki masa panen raya.
Sejalan dengan telur ayam ras, harga daging ayam juga mengalami penurunan didorong dengan surplus pasokan live bird di tingkat peternak seiring dengan terjadinya surplus DOC (day old chick) yang diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun. Kondisi surplus ini terjadi seiring dengan pemberhentian kewajiban culling dan cutting Hatching Egg (HE) sehingga mengakibatkan populasi ayam ras meningkat. Sementara itu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga pada komoditas akademi/perguruan tinggi, beras dan angkutan udara.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan Oktober 2022 mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat meskipun sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara berurutan menjadi sebesar 127,78; 137,78; dan 130,28.
Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan kedepan akan lebih baik, baik dari aspek kegiatan usaha, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja di tengah peningkatan mobilitas dan pelonggaran kebijakan pembatasan.
Secara keseluruhan tahun 2022, inflasi Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2021, namun masih terkendali. Selanjutnya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Selatan akan terus bersinergi dengan TPIP maupun TPID Kabupaten/Kota untuk melakukan pengendalian inflasi berpedoman pada strategi pengendalian inflasi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) serta 7 program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Ke depan, berbagai program pengendalian inflasi lainnya akan terus dilakukan seperti melanjutkan kegiatan operasi pasar dan pasar murah, perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD) untuk komoditas pangan serta optimalisasi anggaran pemerintah daerah untuk program pengendalian inflasi seperti penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan penyaluran subsidi untuk sektor transportasi, katanya.