Senin, 15 September 2025 12:10 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
Editor:Redaksi Wongkito
JAKARTA, WongKito.co – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih awal dari kondisi normal. Wilayah Sumatera Selatan masuk zona musim di Indonesia yang diprediksi puncak hujan pada September 2025.
"Dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991–2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dikutip dalam laman BMKG, Senin (15/09/2025).
Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5%). Namun, terdapat 193 ZOM (27,6%) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9%) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal.
“Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Dwikorita, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.
Risiko Karhutla Tetap Perlu Diwaspadai
BMKG, kata dia, menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. Pada sektor pertanian, misalnya, penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan genangan, serta perbaikan irigasi dan drainase menjadi kunci agar produksi tidak terganggu.
Di sektor perkebunan, kelembaban tinggi perlu diantisipasi melalui pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan drainase yang baik, serta penyesuaian pemupukan. Sementara pada sektor energi, pengelola waduk perlu mengoptimalkan pengisian sejak awal musim dan menyesuaikan operasi waduk dengan puncak hujan agar ketersediaan air dan energi tetap terjaga.
Selain itu, sektor kebencanaan dan kesehatan juga harus lebih waspada. Potensi banjir, longsor, dan genangan di wilayah berintensitas hujan tinggi dapat diminimalkan melalui edukasi masyarakat, pembersihan saluran air, dan kesiapan evakuasi.
“Pada periode transisi di NTB, NTT, Papua Selatan, dan sebagian Sumatera, risiko kebakaran hutan dan lahan tetap perlu diwaspadai,” terangnya.
Terpisah, Koordinator BMKG Provinsi Sumatera Selatan, yang diwakili Nandang Pangaribowo, memberikan informasi terkini terkait perkembangan musim, di Ruang Rapat BPBD Provinsi Sumsel, Kamis (11/09/2025).
Dia mengatakan, saat ini telah memasuki periode transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Namun, masyarakat diharapkan tetap menjaga kewaspadaan terhadap kondisi saat ini yang masih berpotensi munculnya hotspot.
Di sisi lain dalam periode transisi ini berpotensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat secara tiba-tiba yang disertai petir dan angin kencang, yang dapat menyebabkan banjir dan longsor. (*)