Pita Hitam dan Bunga untuk Peristiwa Bom di Katedral Makassar

Minggu, 04 April 2021 16:52 WIB

Penulis:Amalia

aksi bersatu katedral 2.jpeg
Aksi dilakukan dalam bentuk penyematan pita hitam dan pemberian bunga kepada Pimpinan Gereja dan umat Katolik di Gereja Katedral yang datang beribadah Paskah. (istimewa/dok. aliansi bersatu makassar)

MAKASSAR, WongKito.co - Bertepatan dengan Hari Perayaan Paskah bagi Umat Kristiani, dilaksanakan Aksi Bersatu di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (4/4). Aksi dilakukan dalam bentuk penyematan pita hitam dan pemberian bunga kepada Pimpinan Gereja dan umat Katolik di Gereja Katedral yang datang beribadah Paskah.

Aksi digerakkan oleh Aliansi Bersatu mencakup 43 organisasi masyarakat sipil, kepemudaan, perempuan dan keagamaan, yang mengutuk keras atas bom bunuh diri dan menyerang umat serta rumah ibadah. Diantaranya Kita Bhinneka Tunggal Ika, ICJ Makassar, LBH Makassar, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar, Gusdurian Makassar, Organisasi Pemuda Katolik, AMAN Makassar, dan Muslimah ABI Sulses.

“Aksi ini sebagai bentuk pernyataan dukacita mendalam dan keprihatinan atas peristiwa Bom Bunuh Diri beberapa waktu lalu,” ungkap Koordinator Aksi Bersatu,  Therry Alghifary dari Kita Bhinneka Tunggal Ika, dalam keterangan tertulis.

Aksi lanjutan dilakukan di Depan Monumen Mandala dan digelar Doa Bersama Lintas Agama. Juga dilakukan pembagian pita hitam yang menyatakan dukacita dan keprihatinan. Tidak ketinggalan aksi pembagian bunga untuk mengajak berbagai elemen masyarakat ikut menebar cinta kasih dan memelihara perdamaian. Aksi ini juga diisi dengan berbagai puisi yang mengungkapkan dukacita dan keprihatinan.

“Aliansi Bersatu menegaskan bahwa tidak ada agama mana pun yang mengajarkan kekerasan dan menghancurkan kemanusiaan,” tegasnya.

Syaiful Alim dari Institute of Community Justice atau ICJ Makassar menyampaikan, Aliansi Bersatu memberi catatan penting atas peristiwa bom bunuh diri yang terjadi pada hari Minggu tanggal 28 Maret 2021 di depan Gereja Katedral Makassar disusul penyerangan Mabes Polri pada hari Rabu tanggal 31 Maret 2021.

Disebutkan bahwa fanatisme, radikalisme, dan intoleransi yang disebabkan oleh paham keagamaan yang sempit, paham ektrimisme kekerasan, dan kepentingan politik telah menyasar dan merasuki generasi muda yang menjadi potensi terjerumus dalam terorisme dan menjadi teroris.

Selain itu, aksi teroris ini dinilai membangun pemahaman keliru dan stigma kepada perempuan berhijab dan bercadar, yang juga berpotensi mendapatkan perlakukan kekerasan dan diskriminasi dari masyarakat lainnya, sebagai tindakan reaktif merespon dan meyikapi peristiwa-peristiwa terorisme.

Sebagai bentuk empati, Aksi Bersatu menyampaikan pernyataan sikap atas aksi bom bunuh diri, sebagai pelajaran penting bagi seluruh anak bangsa.

“Pertama, kami mengecam keras aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Kekerasan atas nama apapun apalagi dengan bunuh diri adalah tindakan yang tidak beradab dan jauh dari nilai dan ajaran agama,” ujar Koordinator Therry .

Kedua, aliansi menyatakan keprihatinan yang mendalam atas tindakan yang telah menimbulkan ketakutan, kekacauan, mengancam dan mengorbankan nyawa manusia, serta merusak sendi-sendi persatuan bangsa Indonesia.

Ketiga juga menyampaikan keprihatinan dan dukacita mendalam pada para korban tak berdosa. Teriring doa semoga semua korban cepat pulih dan segala bentuk kerugian yang ditimbulkan dapat teratasi. Keempat, mendukung pemerintah dalam melaksanakan amanat konstitusi untuk melindungi dan memenuhi hak kebebasan beragama dan berkeyakinan

Kelima, mendukung Kepolisian Republik Indonesia untuk bekerja secara profesional dalam memelihara rasa aman masyarakat, menginvestigasi dan mengusut tuntas secara objektif, komperhensif, terukur dan transparan, motif pelaku hingga jaringan dan aktor di balik tindakan kekerasan tersebut;

“Kami mengimbau kepada masyarakat luas untuk tetap tenang, tidak terpancing oleh isu-isu yang akan mengembangkan berbagai prasangka, serta tidak menyebarkan informasi yang berpotensi memperkeruh keadaan. Mendorong seluruh pemuda-pemudi untuk lebih pro-aktif untuk mencegah berkembangnya ideologi yang membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Therry.

Aliansi mengajak kepada semua pihak untuk terus memperkuat saling pengertian, menghormati, memercayai, menerima perbedaan, dan semangat kebersamaan antar semua golongan/kelompok di negeri ini, demi keutuhan dan persatuan Indonesia. Terakhir, mengimbau media massa dan pengguna media sosial untuk menyampaikan pemberitaan atau komentar yang meneduhkan dan menenteramkan. (tri)