Kamis, 14 Juli 2022 18:14 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Pascadirilisnya, data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk bulan Juni 2022, nilai kurs rupiah ditutup melemah sebanyak 28 poin ke level Rp15.020 perdolar AS menurut data perdagangan Bloomberg, Kamis, 14 Juli 2022.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, untuk perdagangan Jumat, 15 Juli 2022, nilai kurs rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup dengan pelemahan di rentang Rp15.010-Rp15.060 perdolar AS.
Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menunjukkan tingkat inflasi sebesar 9,1% secara year-on-year (yoy) pada Juni 2022 dinilai Ibrahim sebagai salah satu alasan yang mendorong pelemahan rupiah terhadap mata uang dolar AS.
Baca Juga:
Angka inflasi AS yang tinggi mendorong penguatan indeks dolar dan menguatkan ekspetasi pengetatan moneter dari bank sentral The Federal Reserve (The Fed) yang lebih agresif.
Sebelumnya, nilai kurs rupiah ditutup dengan penguatan sebanyak 13 poin ke level Rp14.991 menjelang pengumuman data inflasi AS yang dirilis pada Rabu malam, 13 Juli 2022.
Sementara itu, saat dunia sedang berjuang untuk pulih dari pandemi, konflik Rusia-Ukraina pun memperparah tekanan ekonomi dan politik global. Pasalnya, kedua negara yang berseteru itu memegang peran penting di sektor pangan dan energi dunia.
Rusia adalah negara pemasok minyak mentah terbesar kedua di dunia sehingga peperangan yang berlangsung pun secara otomatis mendorong kenaikan harga minyak hingga berkali-kali lipat dan menyebabkan krisis energi.
Baca Juga:
Sementara itu, Ukraina juga memegang peranan penting dalam perdagangan komoditas dunia karena negara ini adalah salah satu pemasok gandum terbesar di dunia. Konflik dengan Rusia pun memicu lonjakan harga pada komoditas pangan.
"Namun, di dalam kondisi seperti ini, Indonesia masih diuntungkan dan masih jauh dari resesi. Salah satu penopangnya adalah data fundamental ekonomi yang masih kuat, apalagi komoditas unggulan ekspor terus mengalami peningkatan, membuat penerimaan negara juga meningkat drastis," ujar Ibrahim melalui riset harian, Kamis, 14 Juli 2022.
Ibrahim menambahkan, meskipun beban subsidi sangat berat untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), namun dengan bauran strategi ekonomi, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) bisa terus mengendalikan lonjakan harga dan melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi melalui perdagangan domestic non-deliverable forward (DNDF).
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 14 Jul 2022