Rabu, 18 Juni 2025 14:46 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA – Saham sektor energi baru terbarukan (EBT) berpotensi menjadi hidden gem di bursa, didorong harga minyak mentah global yang melonjak 7% hingga menembus level US$78 per barel sejak konflik Israel dengan Iran pecah pada 13 Juni 2025.
Kenaikan harga ini adalah respons pasar atas eskalasi konflik di Timur Tengah itu yang mengancam stabilitas Selat Hormuz. Pasalnya, setiap hari jalur ini menjadi lalu lintas bagi 20-30% pasokan minyak dunia, sehingga memicu kekhawatiran besar akan terganggunya rantai pasok energi global.
Meskipun begitu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan level harga minyak global saat ini masih aman. Kenaikannya belum melampaui asumsi makro untuk Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2025, yakni US$82 per barel.
Baca juga:
Paradoksnya, kenaikan harga minyak global ini justru menjadi momentum emas bagi industri EBT di Indonesia. Terlebih, dari total potensi EBT nasional (surya, bayu, panas bumi, dll) yang mencapai 3.700 Gigawatt (GW), hanya sekitar 13-15 GW yang telah dimanfaatkan.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyoroti sejumlah program EBT yang terus didorong, seperti mandatori biodiesel B50 yang direncanakan tahun depan dan percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal).
"Dalam waktu dekat, ada empat geothermal yang segera akan diresmikan dan masuk fase produksi komersial. Ini juga mengurangi ketergantungan kita terhadap minyak," ujar Yuliot, pada Jumat, 13 Juni 2025, lalu.
Dorongan pemerintah untuk mempercepat pengembangan panas bumi tidak hanya sebatas wacana. Secara konkret, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal EBTKE telah mengambil langkah agresif tahun ini dengan membuka lelang besar-besaran untuk proyek panas bumi.
Tidak tanggung-tanggung, lelang yang digelar melalui platform digital GENESIS oleh Direktorat Jenderal EBTKE ini terbilang lebih agresif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tercatat ada10 Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) panas bumi yang ditawarkan kepada calon investor, yaitu Danau Ranau, Songgoriti, Telaga Ranu, Banda Baru, Gunung Endut, Galunggung, Tampomas, Ciremai, Lainea, dan Oka Ile Ange.
Selain itu, pemerintah juga membuka lelang untuk 11 area Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE)yang tersebar di wilayah Lokop, Pincurak, Cubadak, Panti, Srirejo, Papandayan, Jenawi, Maranda Kawende, Kadidia, Bittuang, dan Adum.
Proses lelang ini diperkirakan akan berlangsung selama 3 hingga 4 bulan ke depan, dengan pengumuman pemenang dijadwalkan sekitar bulan September 2025. Lelang strategis ini menarik perhatian para pemain energi utama di bursa yang ingin memperkuat portofolio mereka di segmen panas bumi.
Berdasarkan skala bisnis dan rekam jejak, sejumlah nama besar diperkirakan menjadi kontestan potensial dalam perebutan proyek-proyek ini. Berikut adalah daftar perusahaan yang berpotensi besar untuk ikut serta dalam lelang:
Sebagai pemimpin pasar, PGEO memiliki posisi terdepan dan potensi terbesar untuk ikut serta. Partisipasi dalam lelang ini akan sangat sejalan dengan strategi ekspansi perusahaan yang agresif.
Pemain terbesar kedua di sektor ini juga merupakan kandidat kuat. Melalui anak usahanya, Star Energy Geothermal, BREN memiliki rekam jejak solid yang menjadikannya salah satu calon peserta yang paling diperhitungkan.
Keterlibatan dalam lelang dapat menjadi langkah strategis bagi Medco Power Indonesia untuk menambah aset panas buminya, setelah sebelumnya sukses dengan proyek Sarulla dan pengembangan Ijen.
Holding dari grup Sinarmas ini diperkirakan akan turut meramaikan persaingan, mengingat keseriusannya dalam mengembangkan beberapa proyek panas bumi dan kebutuhannya untuk mengakuisisi WKP baru.
Bagi bagian dari grup Astra ini, partisipasi dalam lelang dapat memperkuat diversifikasi bisnisnya ke sektor energi bersih, melanjutkan langkah yang telah diambil melalui proyek Rantau Dedap.
Dengan demikian, kombinasi antara tekanan harga energi fosil, kebijakan pro-EBT yang agresif dari pemerintah, dan potensi minat dari korporasi raksasa menempatkan saham-saham di sektor panas bumi sebagai salah satu segmen paling prospektif di pasar modal Indonesia saat ini.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Bagaskara pada 18 Jun 2025