Senin, 08 Desember 2025 19:13 WIB
Penulis:Nila Ertina

PALEMBANG, WongKito.co - Seminar Hari AIDS Sedunia (HAS) 2025 dengan tema "Mahasiswa Sadar IMS, HIV, dan Napza: Wujudkan Generasi Sehat dan Tanggung Jawab" berlangsung di Gedung Academic Center, UIN Raden Fatah Palembang, Senin (8/12/2025).
Seminar ini menghadirkan dr. M. Izazi Hari Purwoko, Sp.D.V.E, Sybsp.Ven, FINSDV, FAADV, yang merupakan Ketua Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Cabang Palembang sebagai narasumber pertama. Ia memaparkan materi seputar infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS.
Narasumber kedua adalah dr. RA Mulya Liasari, S.P.KJ, dokter spesialis jiwa dan konsultan adiksi yang membahas permasalahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (Napza).
dr. M. Izazi Hari Purwoko membuka materi dengan menyampaikan berbagai jenis Infeksi Menular Seksual (IMS). Dia menjelaskan beberapa penyakit IMS yang perlu diwaspadai.
Baca Juga:
Pertama adalah gonore atau kencing nanah yang disebabkan oleh bakteri. Gejalanya berupa keluarnya cairan dari alat kelamin, terasa perih saat buang air kecil, dan rasa tidak nyaman.
Kedua, infeksi klamidia yang juga disebabkan oleh bakteri. Gejalanya mirip dengan gonore namun biasanya lebih ringan. Bahkan, tak jarang penderita tidak merasakan gejala sama sekali.
Ketiga adalah sifilis atau raja singa. Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahap. Tahap awal ditandai dengan luka yang tidak terasa sakit di area kelamin. Jika tidak diobati, penyakit ini bisa menyerang organ tubuh lainnya.
Selanjutnya adalah trikomonas, infeksi yang disebabkan parasit. Gejalanya berupa keputihan berbau pada wanita dan rasa tidak nyaman saat buang air kecil.
Ia juga menjelaskan tentang herpes genital yang disebabkan virus. Penyakit ini ditandai dengan munculnya luka seperti lepuhan kecil yang terasa nyeri di area kelamin.
Terkait dengan HIV/AIDS, ia menekankan pentingnya pemahaman tentang perjalanan penyakit ini. "HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika tidak diobati, dalam waktu 10-15 tahun, penyintas bisa masuk tahap AIDS," jelasnya.
"Seseorang dinyatakan memasuki fase AIDS ketika jumlah sel sel kekebalan tubuh (CD4) turun drastis hingga di bawah 200. "Pada kondisi ini, tubuh sangat rentan terhadap berbagai infeksi oportunistik," tambahnya.
Kabar baiknya, pengobatan Antiretroviral (ARV) kini sudah tersedia dan bisa mencegah perkembangan HIV menjadi AIDS. Obat ini bekerja dengan cara menghambat virus berkembang biak di dalam tubuh. "Dengan ARV yang rutin, ODHIV bisa hidup normal dan sehat," tegasnya.
Izazi juga menyampaikan pentingnya skrining atau pemeriksaan rutin. Skrining yang biasa dilakukan mencakup pemeriksaan gonore, klamidia, dan sifilis. "Deteksi dini sangat penting agar pengobatan bisa segera dilakukan," ujar dia.
Bahaya Napza dan Adiksi yang Mengancam Generasi Muda
Narasumber kedua, dr. RA Mulya Liasari Liasari membuka sesi dengan menjelaskan definisi dan jenis-jenis Napza. Beliau memaparkan bahwa NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.
"Psikotropika adalah jenis obat yang bekerja dengan cara memengaruhi saraf. Sementara zat adiktif lainnya adalah semua jenis zat yang dapat menimbulkan kecanduan pada penggunanya," jelas dia.
Ia membagi Napza menjadi tiga kategori berdasarkan efeknya. Pertama, Depresan yang menekan sistem saraf pusat, seperti alkohol, opioid (heroin, morfin), ganja, dan obat penenang. Kedua, Stimulan yang merangsang sistem saraf pusat, seperti metamfetamin (shabu), amfetamin (ecstasy), kokain, dan nikotin. Ketiga, Halusinogen yang menyebabkan halusinasi, seperti LSD, magic mushroom, ketamin, dan meskalin.
Berdasarkan survei BNN tahun 2020, Sumatera Selatan memiliki prevalensi pengguna narkoba tertinggi kedua di Indonesia setelah Sumatera Utara, yaitu 5 persen dari total populasi. Artinya, dari 1.000 penduduk terdapat 50 orang pengguna aktif narkoba.
"Kelompok usia muda paling rentan, pada usia 25-45 tahun, dan terjadi peningkatan signifikan pada kelompok usia 15-25 tahun," ungkap Mulya Liasari .
Baca Juga:
Data BNN tahun 2024 menunjukkan kasus penyalahgunaan narkotika tahun 2023 mencapai 1,73 persen atau setara 3,3 juta penduduk Indonesia. Terutama terjadi pada kelompok usia produktif 15-64 tahun. Terdapat peningkatan signifikan pada usia 15-24 tahun, dari 1,44 persen pada 2021 menjadi 1,52 persen pada 2023.
Dia menjelaskan tentang adiksi. Menurut American Society of Addiction Medicine (ASAM), adiksi adalah gangguan otak kronis yang bersifat kambuhan dan bisa berlangsung seumur hidup.
Ciri-ciri adiksi antara lain: ketidakmampuan berhenti meskipun ada keinginan, toleransi meningkat sehingga butuh dosis lebih besar, gejala putus zat saat mencoba berhenti, mengabaikan tanggung jawab, dan terus menggunakan meskipun sadar dampaknya.
"Dampak Napza terhadap otak sangat serius. Terutama untuk remaja yang otaknya masih berkembang, penggunaan zat ini bisa menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otak yang permanen," tegas dia.(Mg/Muhammad Ridho Akbar)