Cerita Pelaku Usaha di Kota dengan Energi Hijau, kini Tingkatkan Produksi Pempek

Ilustrasi pempek makanan khas Palembang (Foto Dokumen WongKito.co)

Beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMh) Endikat yang dikelola PT Green Lahat, dengan kapasitas 10 Megawatt (MW) telah menjadikan Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan sebagai  penikmat 100 persen dari energi hijau yang disalurkan PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN, sebanyak 7 MW kepada pelanggan yang bermukim di kaki Gunung Dempo tersebut.

SORE itu, memasuki pekan ketiga bulan Oktober 2024, Nur Azizah (34) tampak telaten menyusun puluhan bungkus pempek pesanan pelanggannya ke dalam freezer dengan kapasitas 300 liter.

Pempek merupakan salah satu kuliner khas Kota Palembang, berbahan utama daging ikan dicampur tepung tapioka, dikonsumsi dengan tambahan cuko atau sejenis saus kental pedas, asam dan manis kini menjadi usaha sampingan bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) RA Al Fattah di  Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan tersebut.

Awal merintis usaha pempek Ziza panggilan akrabnya mengungkapkan lebih dari 5 tahun lalu, namun produksi pempek masih terbatas karena kesulitan menyimpan ke dalam lemari pembeku. Padahal untuk menjaga kualitas pempek buatannya, selain dikemas dengan cara di vacum, juga harus dibekukan.

"Pelanggan pempek yang saya produksi mayoritas di Pulau Jawa, bahkan ada pelanggan dari Kota Surabaya, kalau tidak dibekukan bisa-bisa kualitas pempek pas tiba ke pembeli sudah kurang bagus," kata dia lagi.

Baca Juga:

Karenanya, ketika tahun 2022 aliran listrik di kota yang dikelilingi gugusan Bukit Barisan Sumatera stabil alias tidak ada pemadaman rutin lagi, Ziza mengaku menjadi penyemangat untuk terus menawarkan pempek buatannya secara online. "Pembeli pun terus bertambah, bahkan kalau mendekati Hari Raya Idul Fitri, sedikitnya ada 2.000 biji pempek dipesan pelanggan," ujar dia.

Penjualan meningkat, kebutuhan lemari pembeku atau freezer pun tentunya bertambah karena kulkas yang dipakai kapasitasnya terlalu kecil.  Gayung bersambut, usaha mikro yang dijalani tersebut juga dilirik dinas terkait di Pemkot Pagar Alam, tahun 2023, dapat bantuan freezer dengan kapasitas 300 liter.

"Alhamdulillah dengan freezer baru tersebut produksi pempek terus meningkat dan kualitas makanan olahan itu juga tetap terjaga dengan baik karena listrik juga tidak lagi terjadi pemadaman rutin," kata dia.

Tak hanya Ziza, pelaku usaha mikro lainnya seperti penjual jus buah di Kota Pagar Alam kini semakin marak.

Alfian penjual jus mengakui bukan sekedar mengikuti tren minuman sehat,  jualan jus buah juga jadi pilihan karena kini listrik di Kota Pagar Alam jarang padam.

"Kalau dulu listrik sering sekali padam, bahkan hampir setiap hari terjadi pemadaman," katanya.

Saat listrik kerap padam, mencukupi kebutuhan penerangan saja kurang apalagi jika ingin menjalan usaha menggunakan aliran listrik, seperti menjual jus buah.

"Kami merasakan terjadi perubahan peningkatan layanan PLN sejak awal 2022, sejak saat itu jarang sekali listrik padam, kalaupun ada pemadaman paling sekejap saja," ujar dia.

Bendungan di area PLTMh Endikat.(istimewa)

PLTMh Endikat

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungam kerja ke Kota Pagar Alam, Senin (24/1/2022), saat berpidato mengungkapkan rasa bangga karena kini kota yang berada di kaki Gunung Dempo tersebut telah dialiri listrik dari energi baru terbarukan (EBT) yang berasal dari PLTMh Endikat.

Lokasi PLTMh Endikat berada di wilayah perbatasan Kota Pagar Alam dan daerah tersebut termasuk area Kabupaten Lahat, tepatnya di Desa Singapure kalau dari pusat Kota Pagar Alam membutuhkan waktu sekitar 37 menit menggunakan kendaraan roda empat tiba di area PLTMh.

Untuk menuju lokasi PLTMh laiknya, perkampungan di kawasan pegunungan permukiman yang dilalui merupakan rumah-rumah penduduk yang khas, berbahan kayu dengan tiang atau biasa disebut rumah tinggi oleh warga lokal.

Tak hanya melewati perkampungan penduduk, menuju lokasi PLTMh juga melewati kebun, kolam, danau dan tentunya sejumlah aliran sungai, diantaranya Sungai Selangis, Sungai Lematang dan Sungai Lempaung.

Mendekati lokasi pembangkit, jalan pun menjadi sempit hanya bisa dilalui sebuah mobil dan berada di kawasan perbukitan yang salah satu bagian tepi jalannya merupakan jurang. Tak adalagi rumah-rumah penduduk karena sudah memasuki kawasan hutan.

Tiba di area PLTMh Endikat milik PT Green Lahat, disambut dengan hamparan batu-batu besar dan air jernih yang tampak terlihat debitnya sedang berkurang karena memang belum memasuki musim hujan serta pekerja melakukan aktivitas galian C.

Area PLTMh yang berada di antara dua bukit dan sangat luas membuat pengunjung merasakan aura yang berbeda saat berada di lokasi, bendungan besar, aliran air yang tertata, pipa berukuran raksasa dan turbin-turbin pembangkit listrik menjadikan pemandangan  baru di tengah hutan tersebut. Tak  hanya itu, di lokasi PLTMh Endikat juga terdapat mess atau tempat tinggal karyawan perusahaan tersebut.

Baca Juga:

Operasional PLTMh Endikat, di wilayah DAS Desa Singapure Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan tersebut diawali dengan penandatanganan kontrak perjanjian jual beli listrik atau PPA dan  dan kontrak pembelian excess power oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) dengan pengembang pembangkit energi baru terbarukan (EBT) tersebar di Regional Sumatera dengan total kapasitas 115,6 MW.

Penandatanganan nota kesepahaman kala itu, pada Senin (30/5/2016) di Jakarta menjadi langkah penting bagi pemerintah untuk mencapai target transisi energi berkelanjutan hingga 25 persen pada tahun 2025.

Selain pembangkit listrik di Sumatera Selatan, sejumlah provinsi lain yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu dan Lampung serta Bangka Belitung juga termasuk dalam PPA dengan PT PLN tersebut.

Area PLTMh Endikat dari peta Google

PLN mengungkapkan beban listrik di Sumatera mencapai 5.250 MW. Hingga kini energi listrik mayoritas dipasok dari pembangkit listrik gas dan batu bara yang mencapai lebih dari 60 persen.

Team Leader Pelayanan Administrasi ULP PLN Kota Pagar Alam, Wella Datika diwawancarai beberapa waktu lalu mengakui sejak bergantinya pasokan listrik dari pembangkit batu bara atau PLTU ke PLTMh layananan kepada pelanggan lebih optimal.

"Sekarang ini tidak ada lagi biarpet, beban puncak di wilayah Pagar Alam berkisar 7 MW, kalaupun ada pemadaman biasanya karena memang sedang ada pekerjaan pemeliharaan jaringan dan tidak serentak pada semua pelanggan," kata dia.

Ia menjelaskan saat ini PLN ULP Pagar Alam melayani sebanyak 64.173 pelanggan yang mayoritas merupakan rumah tangga.

"Kalau dulu kan pasokan listrik ke Pagar Alam berasal dari sistem interkoneksi listrik Sumatera dari pembangkit-pembangkit batu bara yang terdekat di Kabupaten Lahat sehingga saat beban puncak hampir terjadi penurunan pasokan."

"Hampir setiap waktu, dulu kami mendapat komplain dari pelanggan, kini sejak beralihnya pasokan listrik ke PLTMh masalah biarpet dan kekurangan daya sudah dapat teratasi," ujar dia.

Berlokasi di wilayah DAS Endikat, PLTMh milik perusahaan swasta PT Green Lahat tersebut tergabung dalam Independent Power Producer (IPP) beroperasi sejak tahun 2015 tidak jauh dari kawasan yang termasuk dalam wilayah Bukit Barisan Sumatera, tepatnya Bukit Jambul Gunung Patah, di Desa Singapure, Kota Agung, Kabupaten Lahat.(Nila Ertina FM)


Related Stories