Dirut: Biaya Operasional Kilang Pertamina Lebih Rendah dari Singapura, RU III PLaju Diantaranya Hanya Butuh Rp 43.402/Barel

Biaya Operasional Kilang Pertamina Disebut Lebih Rendah dari Singapura (Pertamina.png)

JAKARTA - Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional,  Taufik Aditiyawarman mengungkapkan berkat pembangunan serta perbaikan kilang yang dilakukan.  Kini operasional kilang dinilai lebih hemat dan dapat bersaing dengan sejumlah kilang milik perusahaan energi dunia di Asia Pasifik.

“Kerja keras Pertamina tersebut dapat dibuktikan dengan biaya operasional yang terus mengalami penurunan rata-rata sekitar US$3,67 per barel atau sekitar Rp54.550. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional kilang di Singapura yang mencapai US$7,81 per barel atau sekitar Rp116.000,” kata dia, Jumat (9/9/2022). 

Menurut dia, biaya operasional kilang terendah telah dicapai dua kilang yakni Refinery Unit (RU) IV Cilacap yakni US$2,83 per barel atau sekitar Rp42.065 dan RU III Plaju yakni US$2,92 per barel atau sekitar Rp43.402.

“Upaya pembangunan dan revamping kilang terus dilakukan Pertamina dan hasilnya mampu menekan operasional kilang sehingga lebih rendah dari perusahaan migas lainnya di Asia Pasifik,”  Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional,  Taufik Aditiyawarman, Jumat 9 September 2022.

Baca Juga:

Penurunan operasional kilang diperoleh dari terobosan dan penghematan yang dilakukan Pertamina, terutama dalam pengadaan minyak mentah.

Saat ini, Pertamina mampu bersaing di pasar global senilai US$69,246 per barel atau sekitar Rp1 juta untuk pengadaan crude. Ini lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada di angka US$69,46 per barel atau sekitar Rp1 juta dan satu perusahaan migas lain jauh di atas yakni US$71,80 per barel atau lebih dari Rp1 juta.

Dengan program RDMP yang terus berjalan, kilang Pertamina juga menjadi lebih fleksibel mengolah berbagai jenis minyak mentah. Sehingga kata Taufik, rata-rata Net Cash Margin (NCM) Pertamina sangat positif, sebesar US$4,88 per barel atau sekitar Rp72.000.

Keberhasilan ini bahkan jauh dibandingkan dengan Malaysia Pertronas US$1,56 per barel atau sekitar Rp23.000.

“Upaya menekan biaya operasi salah satunya dengan penurunan biaya pembelian crude, karena porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah yang mencapai 92 persen dari Biaya Pokok Produksi,” pungkasnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Nadia Amila pada 10 Sep 2022 

Bagikan

Related Stories