Hadiri Forum Belt and Road, Jokowi Minta Bantuan Proyek Energi Terbarukan ke China akibat JETP dinilai belum Jelas

Hadiri Forum Belt and Road, Jokowi Minta Bantuan Proyek Energi Terbarukan ke China akibat JETP dinilai belum Jelas (Reuters/Willy Kurniawan)

JAKARTA - Dampak dari belum jelasnya program JETP, Indonesia akan meminta bantuan China untuk proyek energi terbarukan dan infrastruktur ketika Presiden Joko Widodo menghadiri Forum Belt and Road di Beijing pekan ini. 

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan setiap kemitraan dengan China akan sejalan dengan Just Energy Transition Partnership (JETP). JETP adalah kesepakatan senilai US$20 miliar yang Indonesia miliki dengan kelompok negara yang dipimpin Amerika Serikat untuk membantu mengurangi emisi karbon di sektor energi.

Perbincangan mengenai JETP belum berjalan mulus. Dilansir dari Reuters, pada Senin, 16 Oktober 2023, banyak pejabat senior Indonesia telah mengeluh bahwa negara-negara Barat enggan mendanai pensiun dini pembangkit listrik batu bara serta pinjaman JETP dinilai memiliki suku bunga yang tinggi.

Baca Juga:

Ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu telah berjanji untuk mencapai nol emisi gas rumah kaca netto pada tahun 2060, yang sebagian besar akan melibatkan upaya membersihkan sektor energinya.

China telah mencapai langkah besar dalam pengembangan energi terbarukan dan memiliki pembangkit listrik tenaga air yang besar. Jadi, akan baik untuk belajar dari pengalaman mereka,” kata Erick, menambahkan bahwa kedua negara masih sedang menjelajahi jenis kemitraan apa yang mungkin terjadi.

Indonesia dijadwalkan akan mengumumkan rencana investasi untuk JETP bulan depan, menjelang KTT iklim COP28 PBB, tiga bulan setelah target awal. Erick menolak untuk membagikan rincian perbincangan JETP. “Kita tidak bisa menunggu. Belum ada dana yang tersedia hingga saat ini.”

Baca Juga:

Dia menambahkan, Jakarta terbuka untuk bekerja dengan negara mana pun yang bersedia membantu mencapai tujuan iklimnya dan percaya pada potensi ekonomi Indonesia. 

Blueprint Indonesia

Namun, Erick menggarisbawahi kerja sama apa pun harus sesuai dengan ketentuan Indonesia. “Kami ingin ini sesuai dengan rencana besar kami, blueprint Indonesia, bukan blueprint negara lain,” kata Erick.

Pada Forum Belt and Road, Selasa dan Rabu ini, Presiden Joko Widodo akan memamerkan jalur kereta api berkecepatan tinggi sepanjang 142 kilometer senilai US$7,3 miliar yang baru saja diluncurkan dengan nama Whoosh. Proyek ini didanai melalui pinjaman dari China.

“Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping, Jokowi akan mengusulkan rencana perpanjangan jalur kereta api sekitar 700 kilometer lebih jauh ke kota Surabaya dan membahas hubungan perdagangan,” kata Erick. Indonesia juga membahas rencana tersebut dengan Perdana Menteri China Li Qiang saat Li mengunjungi Jakarta pada bulan September.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 16 Oct 2023 

Bagikan

Related Stories