KabarKito
Industri Antariksa Global Kian Melesat, Posisi Geografis Jadi Peluang Emas Indonesia
JAKARTA, WongKito.co – Industri antariksa global mencatat pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan laporan McKinsey, nilai ekonomi sektor ini diprediksi mencapai US$1,8 miliar pada 2035.
Pertumbuhan industri antariksa tercatat rata-rata 9% per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global yang hanya sekitar 2–3%.
Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Antariksa Indonesia (ARIKSA), Sofyan Djalil menilai, angka tersebut bukan sekadar statistik, melainkan cerminan potensi besar bagi industri antariksa nasional.
“Ini adalah peluang emas bagi Indonesia. Lebih dari sekadar keuntungan finansial, sektor antariksa adalah kunci ketahanan pangan, mitigasi bencana, hingga pertahanan negara. Tanpa akses ke antariksa, kita tidak memiliki akses terhadap hak kedaulatan kita,” kata Sofyan dalam diskusi bertajuk “Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia”, Kamis, 21 Agustus 2025.
Ledakan Perusahaan dan Satelit Global
Disrupsi industri antariksa dalam lima tahun terakhir membuat jumlah pelaku usaha di sektor ini tumbuh pesat. Data Forbes mencatat, pada pertengahan dekade 2010-an jumlah perusahaan antariksa global masih berada di kisaran ribuan. Namun, sejak 2017 hingga 2021, terjadi ledakan startup dan merger/IPO, sehingga pada 2021 totalnya melampaui 10.000 perusahaan.
- Ini 10 Negara dengan Diskriminasi Gender Tertinggi, Indonesia Masuk Besar
- Intip Yuk Cara Buat Chili Oil
- Hoaks: Video Dedi Mulyadi Resmikan Pinjaman Online
Peningkatan jumlah pemain juga berbanding lurus dengan lonjakan peluncuran satelit. Menurut BryceTech (2024), pada 2023 tercatat 221 kali peluncuran orbital yang membawa sekitar 2.938 satelit ke luar angkasa.
Data serupa ditunjukkan oleh United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA). Jika pada 2010 jumlah peluncuran satelit hanya sekitar 120 unit per tahun, angka ini naik menjadi 220 unit pada 2016. Setelah itu, tren meningkat tajam akibat konstelasi satelit mini seperti Starlink dan peluncuran massal CubeSat oleh operator komersial.
Sejak 2019, pertumbuhan berlangsung eksponensial: dari 586 satelit (2019), melonjak menjadi 1.274 (2020), lalu 1.910 (2021). Pada 2022 dan 2023, jumlahnya bahkan menembus ribuan per tahun, masing-masing 2.474 dan 2.664 satelit.
Menurut BryceTech, pada 2023 sektor komersial menyumbang sekitar 85% peluncuran satelit global. Dari jumlah tersebut, sekitar 65% berasal dari Amerika Serikat, dengan lebih dari separuhnya diluncurkan oleh SpaceX.
- XLSMART Hadirkan Beragam Promo Spesial Kemerdekaan
- Begini Liburan Seru Tanpa Boros, Berikut 5 Jurus Jaga Keuangan Keluarga
- Belum Merdeka dari Solusi Palsu Transisi Energi
Melihat perkembangan global, Sofyan menegaskan Indonesia memiliki posisi strategis. Letak geografis di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia lokasi ideal untuk peluncuran satelit, berbeda dengan lokasi peluncuran yang saat ini umumnya berada di wilayah lintang tinggi atau kutub.
“Kita menguasai ekuator. Jadi, yang kita butuhkan adalah linking match antara sumber daya manusia dan industrinya,” ujarnya.
Jumlah Satelit Diluncurkan Global (2015–2023)
Tahun | Jumlah Satelit Diluncurkan |
---|---|
2015 | 222 |
2016 | 221 |
2017 | 456 |
2018 | 453 |
2019 | 586 |
2020 | 1.274 |
2021 | 1.910 |
2022 | 2.474 |
2023 | 2.664 |
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 21 Agustus 2025.