KabarKito
Intip Yuk 4 Jurus Rahasia Komunikasi Penuh Empati
JAKARTA - Psikolog asal Amerika Serikat, Dr. Rick Hanson menyebut otak manusia memiliki “bias negatif”. Artinya pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan akan lebih diingat dibanding yang menyenangkan.
Seperti ucapan dengan nada kritis, tajam, kecewa, khawatir, atau mencela berulang kali. Ucapan-ucapan dengan nada ini dapat merusak hubungan. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa biasanya diperlukan beberapa interaksi positif untuk mengimbangi satu interaksi negatif.
Berikut ini Hanson menuliskan 4 latihan komunikasi dengan nada yang lembut.
1. Perhatikan Nada
Waspadai nada negatif yang tidak perlu ketika Anda tengah berkomunikasi dengan orang lain. Sesederhana bahasa tubuh Anda saat memutar mata atau merendahkan secara halus.
2. Pahami Tujuan Anda yang Sebenarnya
Dalam sebuah interaksi dengan orang lain, Hanson menyarankan Anda untuk menanyakan kepada diri sendiri apa yang benar dan mengapa orang lain menurut Anda salah. Pastikan Anda telah mengelola emosi dengan baik sebelum akhirnya mengkomunikasikan dengan orang lain.
Baca juga :
- Pemerintah Kaji Pemberian Insentif Mobil Hybrid
- Ingkatkan Kekayaan Intelektual, LP2M UIN Raden Fatah Gelar Lokakarya Pencatatan HKI
- Lion Air Buka Perdana Rute Palembang-Saudi untuk Mudahkan Umrah dan Wisata
Saat berkomunikasi pun cobalah bersikap rendah hati untuk tujuan yang lebih positif. Cari tahu bagaimana situasinya dan apa yangs sebenarnya terjadi. Bicarakan dari hati ke hati dengan penuh empati. Langkah ini bisa memperkuat hubungan dan menyelesaikan masalah-masalah praktis.
3. Bangun Pondasi Komunikasi yang Baik
Cobalah bangun pondasi dengan niat yang baik. Klarifikasi apa yang ingin Anda sampaikan dalam hati sebelum akhirnya menyampaikan ke lawan bicara.
Pahami bahwa Anda tidak perlu memerintah atau mengkritik orang lain. Hanson menyebut dua kesalahan komunikasi ini yang paling sering dilakukan dan berpotensi merusak hubungan.
4. Berhati-Hatilah dengan Rasa Marah Anda
Wajar untuk merasakan amarah. Terlebih ketika seseorang berbuat kesalahan. Anda tentu ingin mengekspresikan perasaan kesal yang sudah memuncak.
Namun Hanson berpendapat bahwa bagaimana Anda mengekspresikan kemarahan dapat memiliki banyak dampak negatif yang tidak diinginkan. Karena manusia berevolusi menjadi sangat reaktif terhadap nada kemarahan. Terlebih nada kemarahan membawa sinyal ancaman bagi seseorang. Belajarlah untuk mengelola kemarahan dan rasakan bagaimana itu mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 10 Aug 2023