Intip Yuk Rekomendasi Wisata Konservasi yang Ramah Satwa

Taman Nasional Way Kambas. (wonderfulimages.kemenparekraf.go.id)

JAKARTA – Kasih sayang seorang ibu bersifat tanpa syarat, baik pada manusia maupun hewan. Sebuah kejadian yang sangat menyedihkan terjadi di Malaysia, yang membuat banyak orang terharu dan berduka di dunia maya.

Dilansir dari Hindustan Times, Atlet AJ Pyro membagikan video di Instagram tentang seekor gajah betina yang menolak untuk pergi dan tetap berdiri di samping anaknya selama berjam-jam setelah anaknya tewas tertabrak truk di Malaysia.

Dalam video tersebut, gajah betina terlihat berdiri di tempat yang sama dari malam hingga pagi dengan kepalanya bersandar pada truk. Anak gajahnya tertabrak dan terjepit oleh truk tersebut. Pada pagi harinya, beberapa orang berusaha menggerakkan gajah itu karena ada antrean panjang mobil yang menunggu.

Baca juga:

Insiden gajah di Malaysia menunjukkan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi satwa liar. Indonesia sendiri memiliki deretan kawasan konservasi satwa yang dapat dikunjungi untuk berwisata. 

Dengan label konservasi, pengelola telah memastikan wilayah tersebut ramah terhadap tumbuh-kembang satwa dan terjaga dari segi ekologinya. Berikut beberapa rekomendasi wisata konservasi ramah satwa di Indonesia yang dapat Anda kunjungi.  

Rekomendasi Wisata Konservasi yang Ramah Satwa

Dilansir dari berbagai sumber berikut beberapa rekomendasi wisata yang ramah sawa:

1. Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas merupakan Kawasan konservasi perlindungan dan penangkaran gajah, serta berbagai jenis mamalia lainnya. Kawasan ini berada di Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Indonesia.

Taman Nasional Way Kambas yang berdiri pada tahun 1985, dikenal sebagai sekolah gajah pertama di Indonesia. Awalnya tempat ini bernama Pusat Latihan Gajah (PLG), namun dalam beberapa tahun terakhir berganti nama menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG).

Perubahan nama ini mencerminkan peran barunya sebagai pusat konservasi yang fokus pada penjinakan, pelatihan, pengembangbiakan, serta konservasi. Hingga kini, PKG telah berhasil melatih sekitar 300 ekor gajah yang telah disebar ke berbagai wilayah di Indonesia.

Selain itu, di kawasan Way Kambas juga terdapat International Rhino Foundation yang berperan dalam upaya perlindungan spesies badak dari ancaman kepunahan.

Sebagai taman nasional, kawasan ini juga memiliki area wisata yang terbuka untuk dikunjungi oleh wisatawan. Di sini, pengunjung akan didampingi oleh pemandu wisata serta mahout, yaitu penjaga dan perawat gajah yang bertugas di Taman Nasional Way Kambas.

2. Taman Nasional Tanjung Puting

Taman Nasional Tanjung Puting terletak di bagian barat daya semenanjung Kalimantan, tepatnya di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Awalnya, wilayah ini ditetapkan sebagai cagar alam dan suaka margasatwa pada tahun 1936, sebelum resmi menjadi taman nasional pada tahun 1984.

Kawasan ini merupakan destinasi yang cocok bagi para penggemar petualangan alam. Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beragam ekosistem, termasuk hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan pantai, hingga hutan hujan tropis dataran rendah.

Orangutan memang menjadi daya tarik utama di tempat ini, namun penting untuk diingat bahwa satwa-satwa yang hidup di kawasan ini, termasuk orangutan, bukanlah objek hiburan, melainkan bagian dari ekosistem yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Camp Leakey, sebuah pusat rehabilitasi orangutan yang berada di dalam kawasan taman ini, didirikan oleh Dr. Biruté Mary Galdikas bersama mantan pasangannya, Rob Bridamour. Nama Leakey diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Robert Leakey, antropolog asal Kenya yang menjadi mentor Dr. Galdikas.

Selain itu, pada tahun 1986, Dr. Galdikas juga mendirikan organisasi Orangutan Foundation International (OFI) dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran global akan pentingnya pelestarian orangutan.

3. Taman Nasional Baluran

Di Indonesia terdapat Taman Nasional Baluran yang dikenal dengan sebutan Africa van Java s. Secara administratif, taman nasional ini berada di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. Namun karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuwangi, banyak orang lebih mengenalnya sebagai bagian dari wilayah Banyuwangi.

Taman Nasional Baluran memiliki luas sekitar 25.000 hektare, di mana sekitar 40% atau 10.000 hektare di antaranya terdiri dari ekosistem sabana alami. Salah satu yang paling terkenal adalah Padang Savana Bekol, yang merupakan sabana terluas di Pulau Jawa.

Saat memasuki kawasan sabana ini, pengunjung akan merasakan suasana kering dan terbuka yang menyerupai lanskap sabana di Afrika. Keindahan sabana semakin memukau dengan latar belakang Gunung Baluran yang menjulang setinggi 1.247 meter di atas permukaan laut.

Padang Savana Bekol menjadi rumah bagi berbagai satwa endemik Indonesia, seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), rusa timor (Cervus timorensis), hingga banteng (Bos javanicus).

Berdasarkan data dari pihak pengelola, Taman Nasional Baluran menyimpan kekayaan fauna yang terbagi dalam beberapa kelompok ordo, termasuk 28 jenis mamalia, 189 jenis burung (aves), serta berbagai jenis ikan (pisces) dan reptil. Dari keseluruhan spesies yang tercatat, terdapat 47 satwa langka yang kini dilindungi oleh undang-undang.

Taman nasional ini juga memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan yang tinggi, dengan 444 spesies flora dari 87 familia. Beberapa di antaranya tergolong tanaman eksotis, tanaman obat, dan tumbuhan khas ekosistem mangrove. Jenis-jenis flora yang ditemukan di antaranya adalah ketapang (Terminalia catappa), gebang (Corypha utan), dan mimbo (Azadirachta indica).

Taman Nasional Baluran sering disebut sebagai miniatur hutan Indonesia karena memiliki beragam tipe ekosistem hutan yang mencerminkan kekayaan alam Nusantara. Di kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai jenis hutan, mulai dari hutan pantai, hutan mangrove, hutan payau, padang savana, hingga formasi terumbu karang.

4. Bali Wildlife Rescue Centre

Pusat Penyelamatan Satwa Liar Bali merupakan salah satu dari hanya tujuh pusat serupa yang ada di seluruh Indonesia. Di tempat ini, mereka merawat, merehabilitasi, dan melepaskan kembali satwa liar endemik yang terancam punah, sebagian besar di antaranya menjadi korban perdagangan ilegal dan perburuan liar.

Di berbagai wilayah Indonesia, satwa liar kehilangan habitat akibat deforestasi—baik karena pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan karet, maupun pembangunan jalan menuju daerah terpencil. Saat habitat aslinya hilang, hewan-hewan ini menjadi sasaran empuk bagi pemburu dan pelaku perdagangan ilegal.

Satwa yang dirawat di pusat penyelamatan di Tabanan, Bali bagian barat daya, meliputi berbagai jenis primata dan burung seperti owa, kera ekor panjang, elang, kakatua, dan merak.

Sebagian besar dari mereka disita oleh aparat dari pasar, rumah pribadi, atau tempat usaha yang memperlakukan mereka sebagai hewan peliharaan atau hiburan. Beberapa lainnya diserahkan secara sukarela oleh masyarakat. Saat ini, mereka menangani lebih dari 40 individu primata dan burung langka yang terancam punah.

Demikian rekomendasi wisata konservasi yang ramah satwa, semoga bermanfaat!

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 17 May 2025 

Bagikan

Related Stories