Intip Yuk Sistem Kereta Api Negara-negara Asia

Kereta Api Cepat China (The EuroAsian Times)

JAKARTA - Asia telah menjelma menjadi panggung utama transformasi transportasi berbasis rel. Dari jaringan kereta super cepat di China, hingga kebangkitan kereta di Indonesia, masing-masing negara di kawasan ini menapaki jalur modernisasi dengan karakteristik tersendiri. 

Berikut ulasan komprehensif TrenAsia.id tentang perkembangan sistem transportasi kereta api di China, Indonesia, serta negara-negara kunci di ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Ada pula ulasan dari negara Asia Timur, meliputi Korea Selatan dan Jepang sebagai referensi teknologi.

China Tetap Tak Tertandingi

China menjadi tolok ukur global dalam pengembangan transportasi kereta api. Per 2024, panjang jalur operasional mencapai sekitar 162.000 km, termasuk hampir 48.000 km jalur kereta cepat.

 Jaringan kereta China menghubungkan lebih dari 550 kota besar dan kecil, dengan kecepatan hingga 350 km/jam pada rute-rute seperti Beijing–Shanghai.

Yang membedakan China bukan hanya skala, melainkan pemanfaatan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan (AI) untuk analisis permintaan penumpang, blockchain untuk logistik perkeretaapian, hingga integrasi energi baru terbarukan seperti tenaga surya. China juga diketahui memasok lebih dari 95% panel surya global untuk sektor ini.

Perkembangan Pesat Kereta Api Indonesia

Indonesia mulai mencetak sejarah melalui kehadiran Whoosh, kereta cepat pertama di Asia Tenggara yang melayani rute Jakarta–Bandung dengan kecepatan 350 km/jam. Waktu tempuh kini hanya 40 menit, dibanding sebelumnya 3 jam.

Hingga 2024, panjang jalur aktif nasional mencapai sekitar 6.900 km dengan target ekspansi menjadi 7.451 km. Proyek pembangunan dan reaktivasi rel di lebih dari 50 lokasi menunjukkan komitmen serius pemerintah dalam memperkuat infrastruktur ini, terutama di Pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Inisiatif elektrifikasi seperti LRT Jabodebek (750V DC) juga menjadi langkah konkret menuju transportasi berkelanjutan.

Baca juga:

Malaysia, Punya Sistem Komuter Terintegrasi

Malaysia mengandalkan jaringan Electric Train Service (ETS) yang menjangkau wilayah barat semenanjung dengan kecepatan hingga 160 km/jam. Selain itu, KLIA Ekspres menyediakan koneksi bandara langsung dari pusat kota Kuala Lumpur.

Meski demikian, tantangan integrasi masih ada, khususnya di wilayah timur seperti Terengganu yang belum terhubung jaringan rel nasional. Total panjang jaringan rel Malaysia, termasuk MRT, LRT, dan monorel mencapai sekitar 2.049,8 km.

Singapura, Model Efisiensi Urban

Singapura menawarkan salah satu sistem transportasi urban paling efisien di dunia. Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) mencakup lebih dari 270 km rel, beroperasi dengan frekuensi tinggi dan keterpaduan penuh antar moda.

Kelebihan utama sistem ini terletak pada konektivitas regional, di mana Singapura terhubung langsung ke Malaysia melalui jalur rel Keretapi Tanah Melayu sepanjang 38,6 km.

 

Filipina, Masih Tertinggal

Filipina menghadapi tantangan berat dalam sektor kereta api. Meskipun memiliki sekitar 1.100 km rel, sebagian besar infrastruktur mengalami kerusakan berat dan tidak layak operasi. Upaya revitalisasi jalur utara Luzon dan rencana pembangunan kereta cepat masih terkendala pendanaan serta isu penggusuran ilegal.

Korea Selatan dan Jepang, Acuan Teknologi Asia

Korea Selatan melalui jaringan KTX menawarkan kecepatan hingga 305 km/jam dengan integrasi Wi-Fi 4G/LTE dan sistem otomatis penuh di stasiun. Sementara Jepang, melalui Shinkansen, terus memimpin dalam hal keandalan, efisiensi, dan keselamatan, menjadi rujukan utama untuk pengembangan kereta cepat di kawasan Asia.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 05 Jul 2025 

Bagikan

Related Stories