KabarKito
Iran Bertahan Meski 45 Tahun Dihantam Embargo, Ini Strategi Ekonominya
TEHERAN, WongKito.co - Di tengah sanksi ekonomi yang telah berlangsung sejak 1979 dan eskalasi konflik bersenjata dengan Israel pada pertengahan 2025, Iran kembali menunjukkan daya tahannya. Negara yang Republik Islam ini berhasil mempertahankan stabilitas ekonomi relatif meski dunia internasional menutup banyak pintu dagang dan investasi.
Di saat negara lain ambruk oleh krisis global atau konflik terbatas, Iran justru mengembangkan pola ekonomi tersendiri yang kini dijuluki "Ekonomi Perlawanan" (Resistance Economy).
Sejak dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat usai Revolusi Islam 1979, Iran mulai menyesuaikan arah ekonominya dari Barat ke Timur. Negara ini menjalin kemitraan erat dengan China, Rusia, dan negara-negara di Asia Tengah.
Berdasarkan laporan perusahaan data dan analitik Kpler, lebih dari 60% ekspor minyak Iran kini mengalir ke China, yang menjadi penyokong utama melalui pembelian diskon dan investasi infrastruktur dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI).
Tak hanya itu, Iran juga membangun jaringan ekspor minyak “bayangan” dengan metode pengiriman gelap, seperti mematikan transponder kapal dan menggunakan dokumen palsu. Strategi ini memungkinkan negara tetap meraih devisa meski ekspor resmi dibatasi.
- Simak Sejarah Tahun Baru Islam, yang Dimulai Setiap 1 Muharam
- Hoaks: Mengonsumsi Ikan Lele Berbahaya, Cek Faktanya Yuk!
- Resep Pisang Goreng Mandi yang Lumer
Di sisi lain, Iran memperkuat substitusi impor dengan memproduksi kebutuhan strategis militer secara mandiri seperti produksi lokal drone Shahed-136 yang terbukti ampuh di medan perang Rusia-Ukraina, rudal balistik, dan teknologi militer domestik. Langkah ini mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara Barat.
Ekonomi Non-Migas
Tak lagi semata bergantung pada minyak, Iran terus mengembangkan sektor jasa dan industri non-migas. Bila merujuk laporan Statistical Center of Iran (SCI) menunjukkan sektor jasa kini menyumbang lebih dari 40% Produk Domestik Bruto (PDB), dengan pertumbuhan 2,5% per tahun. Sementara industri non-migas tumbuh 2,1%.
Di sektor pangan, kebijakan swasembada dan subsidi harga dasar menjaga pasokan dan kestabilan di tengah inflasi yang tinggi. Strategi ini terbukti efektif mencegah kelangkaan atau gejolak harga pokok, meski tekanan eksternal terus meningkat.
Hubungan strategis dengan Rusia juga membawa keuntungan ganda. Selain pertukaran teknologi militer dengan pengiriman drone, Iran mendapat dukungan di Dewan Keamanan PBB dan forum internasional. Tak hanya itu, pengelolaan sumber daya gas alam dari ladang raksasa South Pars tetap stabil, menjadikan Iran sebagai negara dengan cadangan gas terbesar kedua di dunia.
- UMKM Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Kota Palembang
- Cek Berikut Cara Nonton Drama I Am A Running Mate
- Menlu RI: Evakuasi Tahap Pertama WNI di Iran Berjalan Lancar
Sementara itu, dalam perang langsung, Iran cenderung mengandalkan kekuatan proksi seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman. Strategi ini menekan biaya perang langsung dan memungkinkan efisiensi anggaran militer.
Misalnya, dalam serangan ke Israel pada 2025, Berdasarkan analisis The Wall Street Journal, Iran menghabiskan kurang dari 10% anggaran pertahanannya, sementara Israel harus menggelontorkan dana Rp3,2 triliun hanya dalam sehari untuk sistem pertahanan.
Daya tahan ini tak datang tanpa harga, pemrintah Iran mencatat, inflasi di negaranya kini menembus angka 40%, sementara nilai tukar Rial Iran di pasar internasional tecatat anjlok menjadi 1 juta rial per dolar AS. Pengangguran di kalangan muda menyentuh 19,4%, menciptakan potensi kerusuhan sosial dan gelombang migrasi ke luar negeri.
Lebih dari itu, ketergantungan yang tinggi pada China menimbulkan risiko jangka panjang. Jika Beijing mengurangi pembelian minyak atau investasi karena tekanan geopolitik, fondasi ekonomi Iran bisa terguncang hebat.
Iran membuktikan bahwa ketahanan ekonomi tidak selalu bergantung pada hubungan dengan Barat. Melalui kombinasi diversifikasi ekonomi, aliansi strategis, pengelolaan sumber daya domestik, dan operasi bayangan, negara ini mampu bertahan bahkan dalam kondisi embargo 45 tahun dan konflik bersenjata.
Fundamental ekonomi yang rapuh, ketimpangan sosial yang melebar, dan ancaman isolasi jangka panjang menjadi bayang-bayang tantangan baru. Jika konflik dengan Israel terus berlanjut dan tekanan global meningkat, Iran akan menghadapi ujian terberat dalam sejarah modernnya.
Tulisan ini telah tayag di TrenAsia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 26 Juni 2025.